MUHAMMADIYAH.OR.ID, MAKASSAR – Takwa adalah perintah Allah kepada setiap kaum muslimin. Takwa sendiri adalah kesadaran teologis bahwa setiap tindakan seorang muslim diawasi Allah Swt, kesadaran itu menghalangi dirinya untuk berbuat sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Islam.
Dalam Surat Ali Imran ayat 102, Allah Swt memerintahkan seorang muslim untuk bertakwa dengan penekanan yang lebih besar.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”
“Itu substansi maknanya superlatif. Kita disuruh bertakwa, kata itaqullah, tapi sudah begitu masih ditambahi haqqa tuqatihi. Takwa setakwa-takwanya. Padahal bertakwa itu berat. Tapi ini diminta lebih bertakwa lagi,” terang Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Dalam Silaturahmi di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Ahad (15/1), Haedar lalu mengibaratkan perumpamaan bertakwa itu sebagaimana seseorang yang mengendarai kendaraan di jalan raya.
“Takwa itu seperti orang yang bawa kendaraan. Itulah belajar bertakwa. Kapan kita cepat, kapan kita lambat, kapan kita lengah. Sudah bersikap seksama saja kita masih ditabrak orang. Padahal biasanya dengan seksama kita bisa aman. Ternyata belum tentu juga kan? kita sudah seksama, malah orang lain yang tidak seksama sehingga nabrak kita. Nah takwa seperti itu,” jelasnya.
“Takwa itu kan dasarnya wiqayah, takut dan wasapada. Orang yang selalu takut pada Allah, selalu waspada dalam hidupnya. Kapan ngerem, kapan tancap gas. Seperti juga kapan kita parkir (berhenti),” tutup Haedar. (afn)