MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Ketakwaan seorang muslim bukan hanya berkaitan antatara hubungan hamba dengan Allah, melainkan juga hubungan dengan sesama manusia. Artinya, takwa selain memiliki sisi vertikal, juga memiliki sisi sosial.
Demikian disampaikan oleh Hamim Ilyas Dalam Kajian Ramadan Sehat dan Aman pada (7/5). Hamim melanjutkan, jika merujuk pada kata dasarnya, maka takwa berarti menjaga sesuatu dari yang menganggu sehingga menjadikan keadaannya tidak baik.
“Untuk orang, keadaan tidak baik itu ada pada jiwa, pada raga, dan pada keadaan semua bidang kehidupan. Sehingga keadaan ekonomi, politik, hukum, dan sosial harus dijaga jangan sampai mengalami keadaan yang tidak baik,” urainya
Dalam Agama Islam, takwa oleh Al Raghib Al Asfahani diberikan pengertian sebagai usaha menjadikan diri dalam penjagaan dari segala sesuatu yang membuat berdosa. Dosa menurut Hamim bukan hanya pada Allah saja, melainkan juga kepada sesama manusia.
Hamim Ilyas menegaskan, bahwa takwa bukan hanya berlaku pada hubungan natara hamba dengan Tuhannya, tapi juga antara sesama hamba. Al Qur’an telah banyak mengatur relasi hubungan sesama manusia. Dan dalam mewujudkan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah dan manusia, bisa ditempuh dengan sikap amanah dan keadilan.
Sementara itu, orang yang paling bertakwa adalah mereka yang sengaja membelanjakan hartanya atau berzakat yang bertujuan sebagai bentuk ketaatan kepada Allah dan untuk membersihkan diri sampai menjadi bersih dari sifat-sifat tercela.
“Orang harus membersihkan dirinya dari berkikir, sehingga menjadi pemurah suka berderma. Supaya mau berderma, dia harus memiliki kekayaan. Supaya memiliki kekayaan, orang harus bekerja dan tidak malas. Sehingga berarti juga membersihkan diri dari malas,” urai Hamim Ilyas
Berzakat juga membersihkan harta dari yang melekat, karena dalam harta terdapat hak-hak orang lain yang melekat di sana. Di setiap harta yang dimiliki memiliki fungsi sosial. Ibnu Katsir juga menyebut, bahwa berzakat merupakan pembersihan terhadap agama yang diberikan oleh Allah kepadanya.
“Membersihkan agama itu berarti harus peduli, bahkan berpihak kepada anak yatim dan orang miskin.” imbuhnya