Oleh: Afandi
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah (Jateng) merupakan salah satu PWM paling berprestasi.
Dalam rentang periode 2015-2020, program dakwah, sistem organisasi hingga pembangunan amal usaha PWM Jawa Tengah terus berkembang dengan laju yang pesat.
Yang paling mencolok, tentu saja gerak di bidang dakwah kultural. PWM Jateng dikenal aktif menggarap ragam dakwah dengan pendekatan yang keluar dari umumnya corak Muhammadiyah. Mulai dari selawatan, gelaran wayang, hingga berbagai program pemberdayaan karib digarap PWM Jateng.
Kemajuan PWM Jateng menghidupkan dakwah yang arif, produktif sekaligus inklusif tidak lepas dari sosok di belakangnya, yakni Ketua PWM Jateng Drs. H. Tafsir, M.Ag. Kepada Muhammadiyah.or.id, Senin (2/3) Tafsir mengatakan bahwa latar produktifitas dakwah Muhammadiyah di Jawa Tengah adalah dalam rangka penguatan dakwah kultural.
“Muhammadiyah seringkali terhenti pada syariat dan fikih, padahal kita harus ingat bahwa dakwah itu tidak berhenti pada syariat dan fikih tapi berhadapan langsung dengan sosio kultural masyarakat yang itu sangat menentukan berhasil tidaknya dakwah kita,” jelasnya.
Selain tidak pernah disentuh oleh para dai Muhammadiyah, strategi dakwah kultural menurutnya bukan hanya sebuah kebutuhan, tapi juga kepribadian Muhammadiyah yang telah lama dilupakan.
Akibatnya, Muhammadiyah di mata awam terkesan berjarak terhadap masyarakat meskipun gerak kemanusiaan Muhammadiyah di lapangan terus berjalan luas secara konsisten dan menyasar semua pihak.
“Karena kan sering ideologi yang dikutip Kepribadian, MKCH (Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup), padahal ada dokumen resmi seperti dakwah kultural, pedoman hidup Islami Muhammadiyah, kenapa ini tidak pernah disentuh?” kritiknya.
Dakwah Kelompok Marginal
Apa yang ditempuh Tafsir, tidak lain adalah bentuk otokritik konstruktif terhadap gerakan Muhamammadiyah. Tafsir tidak hanya menyebut kelemahan gerakan, tapi juga sekaligus menguatkannya.
PWM Jateng disebut aktif dalam mendekati kelompok terpinggirkan (marginal) seperti anak jalanan, pengamen, pekerja prostitusi, korban narkotika hingga para preman dan narapidana. Al-Ma’un tidak hanya diartikan sebatas pada anak yatim, tapi harus secara luas pada mereka yang dipinggirkan.
Kepada kelompok marginal, Tafsir mengungkapkan memberikan perhatian khusus untuk membantu mereka keluar kepada kehidupan yang lebih terang.
“Kelompok marginal itu ibarat lorong gelap yang harus kita berikan pencerahan, sehingga program yang kami garap adalah pencerahan, santunan dan pemberdayaan. Pemberdayaan dilakukan dalam jangka panjang,” tuturnya.
Tafsir mengakut tak sedih meskipun masih menemukan ada satu dua warga Muhammadiyah yang tidak menerima cara dakwahnya. Bahkan seringkali, dakwah semacam ini disemati dengan label-label peyoratif seperti liberal, tidak tegas dan sebagainya.
“Ya, saya kira kita berprinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin sehingga Islam harus hadir di semua kalangan untuk memberikan pencerahan. Istilah saya dari lorong gemerlap ke lorong gelap,” jelasnya sambil tertawa.
Dakwah Lintas Agama
Atas ketekunannya menjalin berbagai hubungan dengan berbagai kelompok marginal, termasuk menjalin persahabatan dengan berbagai kelompok lintas iman, Tafsir mengaku Muhammadiyah di Jawa Tengah mulai sering mendapatkan permintaan bantuan dari berbagai pihak yang terdesak.
“Kemarin saja, Majelis Hukum dan HAM memberikan bantuan advokasi pada warga Budhis yang terkendala masalah pribadi terkait hukum perdata,” ungkapnya.
Tafsir yang merupakan putra daerah kelahiran Kebumen, 16 Januari 1964 pernah menjabat sebagai Ketua Interfaith Forum Committe (IFC) Semarang, yaitu forum lintas agama yang melakukan kerja-kerja sosial kemanusiaan.
Selain diterima berbagai pihak dan tokoh agama, Tafsir atas pilihan dakwahnya pernah mendapatkan penghargaan Ma`arif Award tahun 2008 dalam bidang pluralisme dan multikultural oleh Ma`arif Institute.
PWM Jateng Berprestasi
PWM Jateng tercatat sebagai PWM dengan jumlah ranting dan cabang terbesar di Indonesia. Total ada 518 Cabang dan 3.679 Ranting.
Tak melulu menggarap toleransi, Tafsir bersyukur mampu membawa PWM Jateng menjadi salah satu PWM paling produktif di Indonesia. Tafsir menyebut berbagai raihan PWM dari bidang ekologi, ekonomi, hingga organisasi.
Di bidang organisasi, Musyawarah Wilayah Majelis Tarjih yang mampu berjalan lancar secara teratur adalah contohnya. Setali tiga uang, Lazismu Jawa Tengah juga meraih prestasi sebagai Lazismu terbaik di Indonesia dengan keluarnya nilai akreditas WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) bagi 28 kantor Lazismu.
“Kita punya 35 PDM, tinggal 7 saja yang belum teraudit,” ungkapnya.
Di bidang ekologi, gerak Muhammadiyah tersinergi bersama ‘Aisyiyah dan berbagai majelis lembaga yang dimiliki.
“Terutama, kami berusaha mewujudkan bagaimana Muktamar yang akan datang (di Surakarta) adalah Muktamar dengan sampah plastik sangat minimal,” imbuhnya.
Di bidang ekonomi, PWM Jateng tak cukup puas dengan keberhasilan Lazismu menghimpun dana lebih dari 95 Milyar per tahun, tapi juga sedang menggagas jaringan ekonomi yang luas dan terstruktur.
“Kita sedang memprakarsai basis ekonomi, sebab ada ghirah baru dengan adanya TokoMu, Perbankan, Rumah Makan. Ini yang sedang dibangun lebih masif setelah jaringan LogMart. Baru nanti kami akan merintis Rumah Makan, Edu-Wisata, dan peternakan kambing seluas 3,3 Hektar di Semarang,” ungkap Tafsir.
“Untuk peternakan kambing seluas 3,3 Hektar di daerah Wonopolo Semarang, Alhamdulillah tanaman rumput sebagai persiapan tempat penggemukan domba sudah tumbuh subur dan hijau. Tahap berikutnya adalah pembuatan kandang dan penempatan domba serta pembangunan kelengkapan sarana Eduwisata, semoga lancar dan barokah. Amin,” pungkasnya.
Editor: Fauzan AS
Hits: 92