MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Ketua PP Muhammadiyah Syafiq A Mughni mengatakan bahwasannya budaya organisasi di Persyarikatan saat ini dapat terbentuk dan berkembang melalui proses yang sangat panjang. Budaya organisasi tersebut dikatakannya dapat tumbuh dengan nilai-nilai, norma-norma yang dibentuk sejak lama.
“Budaya organisasi seperangkat nilai yang dianut bersama dalam sebuah organisasi meliputi visi organisasi, dan kita yakin sudah ada visi yang dicanangkan Persyarikatan secara detail perlima tahun sampai dengan dua puluh lima tahun,” terangnya, dalam Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah, Jumat (16/4).
Selain visi, dilanjutkan Syafiq, Persyarikatan juga memiliki tujuan dan ada keyakinan yang dianut oleh seluruh anggota dan norma yang berlaku di organisasi.
“Budaya juga menyangkut cara berpikir, kebiasaan yang diulang, dan simbol yang di junjung bersama. Karakteristik yang digambarkan di organisasi juga harus ada dan muhammadiyah juga sudah ada yang membedakan dengan organisasi-organisasi lain,” kata Syafiq.
Adanya budaya organisasi, menurutnya, akan berdampak pada penyatuan visi sehingga apabila ada sebagian yang tidak berjalan ke arah yang sama atau memiliki tujuan yang berbeda dapat menyatu atas dasar nilai-nilai yang dianut bersama.
Hal itu menunjukkan pentingnya keberadaan budaya organisasi sebagai cermin dari kepribadian yang dimiliki oleh organisasi. Di dalam budaya organisasi ada substansi yang terdiri dari sistem yang dianut bersama, nilai, norma, dan keyakinan yang ada.
“Kita tentu telah memiliki dokumen etika norma nilai-nilai yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh warga Muhammadiyah. Saya melihat kita bisa melihat beberapa hal yang mungkin ini tidak bisa disebut sebagai inklusif, sudah meliputi semuanya karena akan terus berkembang,” ungkap Syafiq.
Untuk menjaga budaya yang ada di Muhammadiyah, Syafiq menekankan pentingnya penguatan budaya organisasi. Apabila itu tidak dilakukan maka akan berdampak buruk, yakni posisi organisasi menjadi lemah karenanya organisasi harus kuat dan dinamis.
“Kita dimungkinkan untuk mengadopsi unsur-unsur budaya baru yang belum ada dalam dokumen resmi Muhammadiyah tetapi itu ada dalam kehidupan organisasi,” kata Syafiq.
Contohnya adalah bagaimana kita menjadi orang yang selalu membawa pesan-pesan damai yang selalu muncul bagaimana kita menjadi orang yang suka mendamaikan dan melakukan islah (mendamaikan) di dalam organisasi. Ini menyangkut bagaimana kita menjadikan budaya organisasi untuk menekan konflik yang ada dalam Persyarikatan.
Memang dalam pengamatan Syafiq, konflik yang terjadi di organisasi bukan saja dari eksternal tetapi juga internal. Apabila nilai-nilai budaya organisasi tidak dikuatkan, konflik akan terus terjadi.