MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA– Menurut Prof. Azyumardi Azra, saat ini tidak ada negara wakil peradaban Islam yang bisa dibanggakan dan dianggap sebagai flagship atau perwakilan bendera kemajuan Islam.
Meski pahit, namun demikian memang kenyataan yang harus diterima umat Islam saat ini. Menurutnya, saat ini tidak perlu ada glorifikasi masa lalu tentang kejayaan Islam.
“Banyak sekali orang Islam yang euforia, bahwa peradaban Barat-Eropa mengalami kemunduran. Tapi di tengah kemunduran itu, apa ada peradaban Islam, negara muslim yang menunjukkan kemajuan,” urainya pada (18/1) di acara Webinar Tafsir Islam yang Menyejarah.
Menurutnya, Peradaban Islam belum bisa mengambil kesempatan untuk maju di tengah arus kemunduran Barat. Malah, kemajuan tersebut dilakukan oleh China yang saat ini bisa bersaing dengan Barat.
Terkait dengan belum majunya Peradaban Islam sekarang ini disebabkan umat muslim yang tidak memahami sejarah. Ia beralasan, pengetahuan sejarah umat muslim hanya tentang glorifikasi kejayaan Islam masa lalu.
Guru Besar UIN Jakarta tersebut menyebut hal itu tidak salah, akan tetapi so what jika masa lalu hanya dikenang sebagai romantisme dan tidak mengambil pelajaran dari sejarah tersebut.
“Kaum muslimin tidak pernah mau belajar sejarah, belajar dari sejarah, mengambil pelajaran dari sejarah dan menjadikan sejarah itu sebagai panduan ke masa depan,” sambungnya
Berkaca dari Sejarah
Berkaca dari kejatuhan Andalusia setelah berkuasa 500 tahun, menurut Prof. Azyumardi kejatuhan tersebut disebabkan konflik politik berkepanjangan. Sehingga memunculkan yang disebut sebagai Mulukuth Thawaif (Kerajaan-kerajaan Kecil).
Termasuk juga yang terjadi di Baghdad, akibat konflik politik yang kemudian menyebabkan dengan mudah ditaklukkan oleh Monggol. Sejarah-sejahar tersebut harusnya mampu direfleksikan dan dijadikan pelajarn oleh umat Islam sekarang.
Melihat polemik Negara Muslim di Timur Tenggah sekarang, Azyumardhi Azra menyebutnya sebagai oil course yaitu kekayaan alam dalam bentuk minyak dan gas digunakan bukan untuk membangun peradaban, tapi digunakan menghancurkan peradaban.
Dana-dana besar yang dimiliki oleh negara-negara Timur Tenggah banyak yang digunakan untuk kegiatan non-kemanusiaan. Di sana, kata Azyumardi, uangnya digunakan untuk membangun gedung pencakar langit dan membeli klub sepakbola di Eropa.
“Tidak tertarik membikin program-program penyelamatan nyawa ibu ketika melahirkan, karena tingkat kematian ibu di negara muslim masih tinggi sekali,” ungkapnya
Azyumardi Azra juga mengungkapkan, di Indonesia sejauh ini jarang sekali ada program Sustainable Development Goal’s (SDGs) yang dananya dibantu sokong dari Timur Tenggah.
Hits: 31