MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Di dalam Risalah Islam Berkemajuan disebutkan bahwa Islam merupakan agama pembawa rahmat. Menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas, rahmat ialah perasaan lembut (cinta) yang mendorong untuk memberikan kebaikan rasional kepada yang dikasihi dan anugerah kepada yang membutuhkan.
“Berdasarkan dua pengertian rahmah ini dapat dipahami bahwa al-Qur’an dan risalah Islam diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad untuk mewujudkan kebaikan rasional berupa pemenuhan kebutuhan semua makhluk Allah,” ucap Hamim dalam Pengajian PP Muhammadiyah pada Sabtu (25/03).
Menurut Hamim, secara sederhana, rahmat ialah adalah pemenuhan kebutuhan untuk mendapatkan hidup baik (hayah thayyibah). Dalam QS. an-Nahl ayat 97, hidup baik hanya dapat diwujudkan dengan amal saleh dan menjadi orang beriman. Dalam tafsir sahabat, hidup baik itu meliputi tiga kriteria: rejeki halal, kepuasan, dan kebahagiaan. Tafsir sahabat ini menunjuk sebagian perolehan iman dan amal shaleh yang disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat 62 dan menjadi kriteria hidup baik ialah sejahtera, damai, dan bahagia.

Hamim kemudian menjelaskan tentang Al Quran sebagai kitab peradaban. Maksudnya al-Quran itu merupakan kitab yang membangun peradaban. Karena itu ketika pembicaraan tentang penerapannya dalam kehidupan menggunakan sebutan al-kitab dalam QS. an-Nisa’ ayat 105, maka berarti penerapannya harus berwasasan peradaban dalam pengertian “diterapkan untuk membangun peradaban.”
Dalam membangun peradaban ini diperlukan kecerdasan pikiran dan kekayaan batin; perangkatnya adalah unsur-unsur tinggi dari kebudayaan yang meliputi: ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian dan sistem sosial yang kompleks; dan hasilnya adalah hidup baik yang sejalan dengan pangkal dan perangkat tersebut.
Hamim juga turut menjelaskan tentang posisi sunnah sebagai hikmah. Menurutnya, Apa yang disampaikan Nabi kepada umat sebagai isi dakwahnya bukan hanya pengetahuan hukum saja, tapi seluruh pengetahuan yang menjadi kenicayaan untuk mewujudkan hidup baik yang menjadi tujuan risalahnya.
Selain itu, menurut Hamim, umat Islam menempati posisi sebagai perwaris Al Quran. al-Qur’an. Dalam Fathir, 35: 32 Allah menyatakan telah mewariskan al-Qur’an (al-Kitab) kepada hamba-hamba yang dipilih-Nya. Mereka yang terpilih ini adalah, menurut sebagian besar mufasir, umat Islam. Dalam ayat ini umat Islam yang menjadi pewaris al-Qur’an dibagi menjadi tiga golongan: dhalimun li nafsih (orang yang menzalimi diri sendiri), muqtashid (orang yang berada di tengah) dan sabiqun bi al-khairat (orang yang berada di depan dalam segala kebaikan).
Hits: 378