Islam mengajarkan kepada seluruh umatnya untuk menghormati dan sadar diri akan keberadaan serta posisi dirinya, baik di hadapan Allah maupun di tengah-tengah manusia. Maka dalam Islam, rasa sombong dan angkuh merupakan hal yang sangat terlarang dilakukan oleh seorang Muslim.
Dalam Al-Qur’an, ada tiga kata “aku” yang menggambarkan kesombongan yang terlarang sesuai dengan siapa yang mengucapkannya. Tentu bukan berarti mengucapkan kata “aku” secara umum adalah sebuah keharaman. Tiga kata “aku” disini merupakan renungan agar manusia sadar akan keberadaan dirinya sebagai hamba Tuhan. Lalu dalam konteks apa saja ketiga kata “aku” bernuansa negatif yang diabadikan dalam Al-Quran ?
Aku Lebih Baik Daripada Dia
Redaksi seperti ini terdapat di beberapa ayat di dalam Al-Qur’an, di antaranya ada pada surat Shad ayat 76 dan surat Al-A’raf ayat 12, dimana ini merupakan perkataan Iblis yang menolak memberikan sujud penghormatan kepada Nabi Adam –‘alaihis salam– setelah selesai diciptakan.
Iblis menolak perintah Allah tersebut karena merasa lebih baik. Sifat angkuh dan sombong seperti ini tentu sangat berbahaya jika terdapat dalam diri seorang Muslim. Sifat seperti ini akan membuahkan keburukan lain yang lebih banyak meskipun rasa lebih baik itu didasari karena ilmu agamanya, jenis kajian agama yang sedang diikuti dan lain sebagainya.
Akulah Yang Menghidupkan dan Mematikan
Perkataan ini terdapat dalam Surat Al-Baqoroh ayat 258 yang mengisahkan dialog antara Nabi Ibrahim –‘alaihis salam– dengan Raja Namrud yang merasa berkuasa atas kehidupan orang-orang yang menjadi rakyatnya. Ucapannya tersebut dicontohkan dengan memerintahkan tentaranya untuk mematikan beberapa orang dan membiarkan sebagian lainnya untuk tetap hidup.
Akulah Tuhanmu Yang Maha Tinggi
Dalam surat An-Nazi’at ayat 24, Fir’aun berkata dengan sangat angkuh bahwa dirinya adalah Tuhan manusia dengan sifat Yang Maha Tinggi. Fir’aun mengucapkan itu karena merasa bahwa dirinya berkuasa atas segalanya, dan merasa lebih hebat serta lebih tinggi dibandingkan orang lain pada masa dan tempatnya. Keangkuhan Fir’aun ini kemudian runtuh ketika dirinya serta tentaranya ditenggelamkan Allah dalam misi mengejar rombongan Nabi Musa –‘alaihis salam– dan diabadikan di banyak ayat dalam Al-Qur’an. (Faruqi)