MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Indonesia membutuhkan orang jujur untuk mengelola sumber daya alam dan manusia, semua potensi sumber daya jika dikelola oleh orang yang culas, maka tidak akan berdampak pada kesejahteraan bagi rakyat luas.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad pada Senin (22/4) dalam Silaturahmi Idulfitri 1445 H yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) di Jakarta.
Selain menjadi salah satu syarat untuk mengelola sumber daya, orang yang jujur– tidak berkhianat dan tidak curang juga dijamin surga oleh Allah SWT. Dampak dari kejujuran adalah kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan seseorang untuk masuk ke surga.
Orang jujur menurut Dadang saat ini juga dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia. Kurangnya orang jujur di negara ini menjadikan potensi alam dan manusia yang luar biasa tidak dikelola dengan baik, sehingga ketimpangan semakin curam.
Ketidakjujuran menurutnya, berdampak pada semakin tinggi kelompok miskin. Korupsi sebagai salah satu perilaku tidak jujur menjamur, memperbanyak orang kaya yang tidak memikirkan nasib saudara sebangsanya yang miskin.
“Gimana kita mau sejahtera, wong yang korupsi ada yang sampai 271 triliun,” ungkap Dadang.
Korupsi sumber daya alam Indonesia ini sudah sampai pada fase mengkhawatirkan. Potensi alam yang seharusnya bisa dinikmati oleh seluas-luasnya rakyat Indonesia, hanya dinikmati oleh segelintir kelompok dan itu didapatkan dengan cara-cara culas.
Rendahnya tingkat kejujuran bangsa Indonesia, dan mungkin juga di negara-negara muslim lain menjadikan meski penduduknya muslim atau negara Islam tapi indeks kehidupan sosial yang islami di negara itu masih rendah.
Indeks tersebut dapat disaksikan dari temuan yang dilakukan oleh Hossein Askari dari George Washington University, bahwa Selandia Baru menjadi negara dengan indeks kehidupan sosial islami nomor satu, dan disusul oleh Finlandia.
Bahkan angka kebahagiaan tertinggi di sebuah negara juga dipegang oleh negara-negara yang berada di kawasan Eropa Utara, yang notabene mayoritas penduduk di sana adalah non-muslim.
“Setelah diteliti-teliti, ternyata kuncinya satu, orang-orangnya jujur, korupsinya nol,” kata Dadang mengutip penelitian yang dilakukan oleh Denny JA.
Dari hasil penelitian itu Dadang menyimpulkan, tingginya indeks korupsi di Indonesia berimbas pada rendahnya peringkat kebahagiaan dan kehidupan sosial yang islami bangsa Indonesia.