MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANJARMASIN – Futurolog asal Amerika, John Naisbitt menyebut, peradaban Barat yang saat ini menjadi penguasa, secara perlahan namun pasti akan digantikan oleh peradaban lain yang lebih maju, bisa jadi oleh negara dari Timur atau yang lainnya termasuk Indonesia.
Menyambut pergiliran peradaban baru yang akan menggantikan Barat, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Anwar Abbas menyarankan supaya muslim Indonesia untuk bersiap-siap, terlebih untuk Muhammadiyah dan NU untuk menguatkan persatuan.
Indonesia sebagai negara besar yang potensial menjadi negara maju, kata Abbas, harus mempersiapkan diri menghadapi perubahan peradaban yang akan datang. Tidak boleh hanya berpangku tangan, tapi harus aktif dalam membangun peradaban dunia ke depan.
Sebagai negara dengan mayoritas penduduknya pemeluk agama Islam, maka umat Islam juga dituntut untuk aktif berperan, lebih-lebih kepada dua sayap organisasi Islam yaitu Muhammadiyah dan NU. Dari dua organisasi besar ini, nasib bangsa ini digantungkan.
“Ukhuwah islamiyah antara Muhammadiyah dengan NU harus dijaga, jadi kalau NU dan Muhammadiyah bersatu, dan kalau kompak meskipun kita belum menguasai ekonomi, kita yang jadi penentu,” kata Anwar Abbas dalam Ceramah Subuh pada Sabtu (20/4) di Masjid Al Jihad, Banjarmasin.
Anwar Abbas menjelaskan, langkah kecil berdampak besar dan konkrit yang bisa dilakukan oleh Muhammadiyah dan NU untuk menjaga kekompakan adalah dengan membeli produk-produk dari umat Islam yang pertama, baru kemudian jika tidak ada bisa beli di tempat lain.
Oleh karena itu, dia mendorong kepada dua ormas Islam terbesar ini untuk membangun dan memiliki pabrik-pabrik yang memproduksi barang, termasuk menyediakan jasa yang dibutuhkan setidaknya oleh Umat Islam itu sendiri, yang kemudian bisa ekspansif yang dibutuhkan oleh umat manusia secara umum.
Pesan persatuan dan kekompakan ini, kata Abbas, sesuai dengan perintah Agama Islam, yaitu untuk senantiasa berpegang teguh kepada Tali Allah SWT, dan saling kompak antara satu sama lain tidak terpecah belah. Lebih-lebih pada musim atau tahun-tahun politik.
“Kesimpulan saya adalah kita-kita umat Islam ini sekarang terperangkap di dalam skenario orang lain, sehingga akibatnya yang menanggung deritanya adalah kita sendiri,” ungkapnya.