MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan selamat atas launching Pondok Pesantren Modern Abdul Malik Fadjar (Islamic Boarding School) di Kabupaten Malang.
Institusi pendidikan ini menyandangkan nama besar “Abdul Malik Fadjar”, maka tidak boleh nama itu hanya sebatas sandangan. Dia juga menyampaikan terima kasih kepada PWM Jatim, UMM, dan seluruh pihak yang ikut menginisiasi pendirian pondok pesantren ini.
Menyinggung tentang nama besar Malik Fadjar, Haedar mengatakan Pak Malik tidak hanya berperan bagi dunia pendidikan di lingkungan Muhammadiyah, tapi seluruh pendidikan nasional. Selain itu, jasa Pak Malik juga terpatri kuat di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
“Kami menjadi saksi, dan kami termasuk junior yang dekat dan dibimbing olehnya. Betapa banyak keteladanan, beliau tidak banyak kata sebenarnya, tetapi menunjukan apa yang beliau lakukan dan pikirkan itu selalu sejalan dan selaras,” katanya pada Rabu (21/2).
Mengingat pesan Pak Malik yang selalu diulang-ulang, warga Muhammadiyah harus memiliki pengetahuan yang meluas, dan tidak berada di lorong sempit. Maka pondok pesantren ini harus merepresentasikan semangat yang dimiliki oleh Pak Malik itu.
Guru Besar Sosiologi ini menjelaskan, meski ruh, gagasan, dan visi Pak Malik lebih besar dari pondok pesantren ini, tapi pondok ini bagian dari takzim generasi Muhammadiyah saat ini.
“Di Muhammadiyah tidak banyak nama-nama tokoh yang dilekatkan sebagai perguruan tinggi, atau rumah sakit, atau lembaga pendidikan selain tadi yang sudah meninggal, dan yaitu tokoh besar,” katanya.
Selain merealisasikan gagasan, ruh, dan visi Pak Malik, pondok pesantren yang mentasbihkan diri sebagai ponpes internasional, maka harus konsekuen dengan namanya itu. Haedar menyebut konsekuensi itu salah satunya dengan menetapkan standar tinggi bagi siswa atau santri yang akan masuk ke pondok ini.
“Muhammadiyah tidak punya pandangan secara stratifikasi sosial, hanya memihak kaum bawah, atau menengah saja, tapi yang atas pun sama. Bahkan kita tidak mengenal konsep stratifikasi sosial itu,” tutur Haedar.
Pandangan ini, tutur Haedar, jika Muhammadiyah membangun sekolah dan rumah sakit untuk masyarakat kelas atas bukan sebuah masalah. Oleh karena itu, standar tinggi yang digunakan untuk pondok pesantren ini tidak berlebihan untuk mencapai level internasional.