MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pakar Ilmu Falak Muhammadiyah Susiknan Azhari menegaskan bahwa kehadiran kalender Islam global merupakan sebuah keniscayaan. Perkembangan teknologi yang semakin maju menjadikan peristiwa yang terjadi di belahan dunia langsung diketahui. Begitu pula peristiwa wukuf arafah. Oleh karena itu perlu perenungan kembali terhadap konsep matlak yang selama ini dipedomani.
Hari ini, ujar Susiknan, surat kabar “Al-Ayam” salah satu harian yang terbit di Bahrain menginformasikan bahwa sebagian besar kawasan Timur Tengah akan memulai tanggal 1 Zulhijah 1443 H jatuh pada hari Kamis 30 Juni 2022, wukuf Arafah jatuh pada hari Jum’at 8 Juli 2022, dan Idul Adha 1443 H jatuh pada hari Sabtu 9 Juli 2022. Keputusan tersebut sama dengan Maklumat Muhammadiyah dan Kalender Ummul Qura yang dikeluarkan Saudi Arabia.
Namun, salah satu kendala belum terwujudnya kalender Islam yang mapan adalah adanya pola pikir dikotomi di kalangan umat Islam tentang fungsi kalender Islam.
Kelompok pertama berpandangan kalender Islam memiliki fungsi ibadah dan mu’amalah sekaligus. Kelompok kedua membedakan antara fungsi ibadah dan mu’amalah. Bagi kelompok kedua untuk fungsi ibadah tetap harus didasarkan pada hasil observasi.
Dalam praktiknya sesungguhnya fungsi kalender Islam antara ibadah dan mu’amalah tidak bisa dipisahkan keduanya saling terkait. Misalnya dalam kasus penyeleggaraan haji di dalamnya ada aspek ibadah (wukuf di Arafah) sekaligus aspek mu’amalah (manajemen perjalanan haji).
Kesemuanya baik aspek ibadah dan mu’amalah memerlukan jadwal yang terencana sehingga prosesi ibadah haji berjalan baik. Pada musim haji 1443 H sekarang ini pihak Kementerian Agama RI telah mengeluarkan jadwal perjalanan haji sejak keberangkatan menuju tanah suci sampai kedatangan di tanah air.
Berdasarkan jadwal tersebut ada hal yang menarik wukuf di Arafah 1443 (9Zulhijah 1443) jatuh pada Jumat, 8 Juli 2022. Ini menunjukkan jadwal yang dibuat merujuk “Taqwim Standar Indonesia 2022”.
Jika hal ini dipedomani oleh Kementerian Agama RI secara konsisten maka Idul Adha 1443 H akan dilaksanakan secara serempak. Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa pola pikir dikotomi kurang maslahah untuk dipertahankan.
Kehadiran kalender Islam global sangat dinantikan agar manajemen perjalanan haji dapat dikelola dengan baik dan para jama’ah dan pengelola haji di seluruh dunia memperoleh kepastian. Hal ini terkait akomodasi dan transportasi jama’ah sejak di tanah suci hingga kembali ke tanah air masing-masing.
“Semoga dengan manajemen perjalanan haji yang baik jama’ah memperoleh pengalaman spiritual dan haji yang mabrur serta berdampak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” harap Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini kepada tim redaksi Muhammadiyah.or.id pada Senin (27/06).