MUHAMMADIYAH.OR.ID, HULU SUNGAI SELATAN – Sejak awal tahun 2021, Lazismu Hulu Sungai Selatan mulai membangun komunikasi dengan mualaf di Meratus. Dari hasil diskusi bersama, Lazismu sepakat membangunkan Masjid bagi para Mualaf di sana.
Seiring berjalannya waktu, Lazismu tidak hanya membangunkan masjid, namun juga menyediakan da’i sekaligus rumah da’i di tengah-tengah masyarakat Meratus. Kini, masjid tersebut telah digunakan sebagai pusat ibadah masyarakat muslim Meratus.
Hingga kini, setiap satu atau dua minggu sekali, tim Lazismu, dari pusat Kabupaten Hulu Sungai Selatan di bawah, naik ke atas untuk melakukan komunikasi dan koordinasi perihal kegiatan-kegiatan apa yang dilakukan, sekaligus menanyakan kebutuhan-kebutuhan mualaf yang ada di atas, yang hidup sebagai minoritas.
Program pendampingan mualaf di Pegunungan Meratus sebelumnya pernah dilakukan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Program tersebut terus dibenahi, dievaluasi, dan ditingkatkan oleh Lazismu. Ke depan, Lazismu Hulu Sungai Selatan berkomitmen untuk menjalankan lima pilar Lazismu yang lain di Pegunungan Meratus, yaitu pilar pendidikan, ekonomi, lingkungan, kesehatan, dan kemanusiaan.
Masyarakat Meratus yang berprofesi sebagai petani tersebut, terutama yang mualaf, akan terus diperhatikan kesejahteraannya oleh Lazismu. Berkat kegigihan tim Lazismu Hulu Sungai Selatan tersebut, pada akhir tahun 2021 silam, mereka diganjar dengan penghargaan Lazismu Award untuk kategori program sosial dakwah terbaik.
Ketua Badan Pengurus Lazismu Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dr. Didi Kurniadi menyebut bahwa penghargaan tersebut sejatinya adalah tantangan baginya. Dengan penghargaan tersebut, Lazismu Hulu Sungai Selatan harus membuktikan bahwa mereka mampu menjalankan program tersebut dengan baik.
Menurut dr. Didi, Lazismu Hulu Sungai Selatan justru menghadapi perjuangan yang lebih berat. Program pendampingan mualaf baru berjalan satu tahun sehingga, ke depan, pihaknya perlu membuktikan bahwa mereka mampu melaksanakan program secara konsisten.
“Kita baru membangun masjid. Setelah membangun masjid justru tantangannya lebih berat karena harus menjaganya. Masyarakat awam yang belum bisa baca tulis apalagi baca Alquran itu harus kami berikan pendidikan. Ditambah dengan medan yang sulit dan jauh yang tentu akan menguras semangat,” tuturnya.
sumber : Lazismu Pusat