MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Nabi Muhammad Saw dilahirkan pasca terjadinya penyerangan Ka’bah oleh tantara bergajah yang dipimpin oleh Abrahah. Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muhammad Chirzin mengatakan bahwa peristiwa bersejarah ini diabadikan Allah Swt dalam QS. Al Fiil. Setelah terjadi penyerangan tersebut, Nabi Saw lahir dalam keadaan yatim.
“Allah swt mewafatkan ayahandanya sebelum beliau lahir. Ibunya pun diwafatkan ketika beliau mencapai usia 10 tahun. Hal ini terjadi agar Nabi menjadi pribadi yang otentik, mandiri, tidak terbentuk oleh tangan ayah dan ibunya,” terang Chirzin dalam acara yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Studi Islam (LPSI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada Senin (18/10).
Rasulullah Saw menjalani kehidupan selain sebagai anak yatim piatu, juga sebagai pribadi yang buta huruf. Chirzin mengatakan bahwa pada zamannya buta huruf menandakan orang itu kuat secara ingatan. Pasalnya, Nabi Saw langsung mampu mengingat wahyu pertama yang turun di Gua Hira. Ayat al-Quran yang pertama diterima adalah QS. al-Alaq ayat 1-5.
Di antara kandungan ayat tersebut adalah dengan membaca dan menulis manusia dapat mengembangkan peradaban dan kebudayaan.
Setelah mendapatkan wahyu, Nabi Muhammad saw digugah untuk berdakwah. Cara Rasulullah Saw bedakwah pertama-tama dilakukan sembunyi-sembunyi kemudian puncaknya dakwah secara terang-terangan selama di Yatsrib atau Madinah. Pasalnya ketika hijrah ke Madinah, Rasulullah menemukan lahan dakwah baru yang menjanjikan.
Inti dari dakwah Nabi Saw ialah mengajarkan al-Qur’an dan Hikmah demi mewujudkan rahmat bagi semesta alam. Hal ini terbukti saat setelah menetap di Madinah, Rasulullah Saw lantas berusaha mendamaikan suku Aus dan Khazraj yang di antara keduanya telah terjadi konflik selama puluhan tahun, serta mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
“Rasulullah saw membacakan tanda-tanda kebesaran Allah, menyucikan manusia, mengajarkan al-Kitab (al-Qur’an) serta al-Hikmah (as-Sunnah), memberi kabar gembira dan peringatan, serta menjadi saksi,” tutur Chirzin.
Selama berdakwah banyak sekali rintangan yang harus dhadapi. Di antara perang yang telah dijalani adalah perang Badar, perang Uhud, perang Hunain, dan yang lainnya. Disebutkan dalam QS. Ali-‘Imran ayat 123 dan at-Taubah ayat 26 bahwasannya Nabi saw senantiasa mendapatkan pertolongan Allah swt dalam perang Badar.
Selain perang besar, Nabi Muhammad saw juga pernah memimpin rombongan besar untuk Fathu Makkah (pembebasan kota Mekkah). Pada saat itu kekuatan umat Islam cukup besar, Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin pergi ke Mekkah untuk membebaskan kota Mekah.
“Uniknya, pembebasan kota Mekkah tidak disertai dengan adanya pertumpahan darah. Boleh jadi sebagian dari kaum Muslimin bermaksud melakukan balas dendam atas kekejian orang-orang Mekah terhadap mereka, tetapi Nabi Muhammad saw senantiasa mencegahnya,” kata Chirzin.
Di penghujung materi, Chirzin menutupnya dengan menyampaikan beberapa pandangan tokoh-tokoh Barat non Muslim mengenai apresiasi dan rasa kagum mereka pada sosok Nabi Muhammad saw.