MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Kitab Suci Al-Qur’an memuat beberapa istilah untuk menyebut sekumpulan ayat yang memiliki tipologi sama. Pengistilahan itu kadang didasarkan pada pola susunan, jumlah ayat, panjang-pendeknya ayat, periode penurunannya, hingga makna atau intisari di baliknya.
Salah satu contoh pengistilahan itu adalah Surat Mu’awidzatain, yakni istilah untuk menyebut tiga surat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas). Sama seperti Al-Mu’awidzatain, Al-Qur’an juga memiliki sekumpulan surat yang dikenal Surat Hawamim. Tahukah anda apa Surat Hawamim itu?
Pengertian Surat Hawamim
Surat Hawamin adalah nama bagi tujuh surat di dalam Al-Qur’an yang dibuka dengan huruf muqata’ah (yang berdiri sendiri) seperti ha (ح) dan mim (م). Tujuh surat tersebut adalah Surat Al-Mu’min/Ghafir, Surat Fusshilat, Surat As-Syura, Surat Al-Zukhruf, Surat Ad-Dukhan, Surat Al-Jatsiyah, dan Surat Al-Ahqaf.
Penamaan Hawamin, menurut Thomas Hughes dalam Dictionary Islam (1885) bermula dari lafal ‘Haa-Miim’ di awal surat.
Menurut catatan Hughes atas Kitab Mishkat, penamaan Haa Miim juga berkaitan dengan satu hadis Nabi dalam Kitab Misykat yang mengisahkan bahwa seorang tua datang kepada nabi dan mengeluh kesulitan menghafal Al-Qur’an dikarenakan ingatannya yang lemah.
Maka Nabi pun menjawabnya perintah, “Jika demikian, ulangilah tiga surat yang berawalan dengan Ha Mim.”
Selain penjelasan itu, penyebutan istilah Hawamim sebagai nama surat juga disebut oleh Rasulullah sebagaimana dicatat dalam Shahih Bukhari no. 4612, Sunan Ibnu Majah no. 1046, Musnad Ibnu Hanbal no. 401, Sunan Darimi no. 12 dan 22, dan Sunan Tirmidzi.
“Istilah ulama ahli tafsir hawamim, semuanya Surat Makkiyah (turun di Makkah). Ciri tujuh surat yang dimulai oleh hawamim pertama adalah menunjukkan kedudukan Al-Qur’an pada ayat kedua atau ketiganya,” ungkap Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fahmi Salim, Jumat (23/4).
Susunan Surat Hawamim
Seperti penjelasan Fahmi Salim di atas, Islam Dayeh dalam The Qur’an in Context: Historical and Literary Investigations into the Qur’anic Milieu (2010) mencatat kesamaan lima Surat Hawamim seperti gambar berikut:
Dalam gambar di atas, Surat Hawamim memiliki pola yang sama yaitu menegaskan Al-Qur’an sebagai kitab yang ditanzil (diwahyukan) Allah, lalu diikuti oleh penjelasan sifat ketuhanan Allah.
Penegasan posisi wahyu dan ketuhanan Allah dipahami mengingat bahwa Surat Hawamim masuk dalam kategori Surat Makkiyah.
Surat Makkiyah sendiri selain lebih pendek dari surat Madaniyah, isinya adalah banyak menyinggung soal keimanan pada hari akhir, penguatan akidah Tauhid, dan mengupas kepalsuan mitos dan tuhan-tuhan palsu.
Hawamim Dalam Khazanah Islam
Ayat muqata’ah (terpisah) di awal surat Hawamim tidak memiliki makna yang pasti selain kewajiban kita untuk mengimaninya. Sebagai ayat mutasyabbihat, hanya Allah saja yang mengetahui maknanya.
Oleh beberapa ulama besar tasawuf seperti Abu Hasan Al-Syadzili hingga Ibn Arabi, ayat muqata’ah dalam surat Hawamim digunakan sebagai rangkaian doa perlindungan kepada Allah pada keadaan genting seperti peperangan.
Ibnu Arabi misalnya, merangkai Hizib Wiqayah dalam masa Perang Salib. Sementara itu Imam Syadzili sebagaimana penjelasan Cyiril Glasse dalam edisi revisi The New Encylocpedia of Islam (2002) menulis Hizib Bahr ketika Kota Damaskus mendapatkan serangan dari kelompok non-muslim (Tar-Tar).
Info seputar tuntunan Muhammadiyah lainnya disini.
Editor: Fauzan AS