MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA– Kerja kemanusiaan sebagai strategi filantropi Muhammadiyah menurut Rahmawati Husein adalah kegiatan atau usaha untuk meringankan penderitaan manusia yang bersifat inklusif.
Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) PP Muhammadiyah ini menjelaskan, kerja kemanusiaan yang dilakukan oleh Muhammadiyah bersifat inklusi artinya tidak membedakan agama, kepercayaan, suku, jenis kelamin, kedudukan sosial dan lain-lain.
“Kemanusiaan dalam arti spesifik adalah membantu masyarakat ketika terjadi bencana baik alam dan non alam, serta konflik, dan perang,” terangnya pada Sabtu (20/2)
Dalam acara diskusi bulanan oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Amma sapaan akrabnya memaparkan, kebutuhan bantuan kemanusiaan terus meningkat baik akibat bencana maupun perang. Saat ini, selain masalah pendanaan, tantangan krisis kemanusiaan adalah perubahan dari jangka pendek menjadi berkepanjangaan serta multidimensi.
Tanggap Bencana Muhammadiyah untuk Internasional
Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi atau United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) pada tahun 2019 mencatat ada sebanyak 79.5 pengungsi di dunia. Jumlah tersebut terdiri dari jumlah pengungsi di dalam negeri atau Internally displaced people (IDP) sebanyak 45.7 juta, dan pengungsi ke luar negeri atau disebut dengan Refugess sebanyak 26 juta, serta yang lainnya.
“Kalau pengungsi ke luar negeri, seperti pengungsi Suriah, Afghanistan, dan yang lain itu mereka harus terpaksa pindah keluarg negeri, dan itu jumlahnya tidak sedikit dan selalu bertambah, termasuk pengungsi Palestina di beberapa negara,” ungkap Amma
Di negara-negara Islam pengungsinya cukup banyak, selain itu mereka juga mengalami kelaparan karena kekurangan makanan secara akut. Menurutnya, kita harus lebih luas lagi melihat kasus-kasus kemanusiaan. Di Yaman misalnya, di sana telah terjadi konflik yang besar dan lama atas serangan dari faksi-faksi Saudi Arabia.
Meski jarang dan hampir tidak ada konflik besar seperti di negara-negara Islam lain, namun Indonesia memiliki potensi bencana alam yang cukup besar. Rahmawati Husein menuturkan, tran bencana alam di Indonesia dari tahuun ke tahun terus mengalami kenaikan.
“Muhammadiyah tidak hanya merespon di Indonesia saja, tapi juga sudah merespon bantuannya itu ke luar negeri. Yang sudah cukup lama itu mulai tahun 2000-an itu ke Somalia dan Palestina kita selalu memberikan bantuan dana, tetapi kemudian dana dan tenaga atau tim respon kita pernah ngirim ke Philipina, Nepal, Myanmar, dan Bangladesh yang jumlahnya cukup signifikan,” ungkapnya
Menyadari setiap bencana tidak bisa dihadapi oleh pemerintah sendiri, maka peran organisasi masyarakat terlebih organisasi keagamaan atau Faith Based Organization (FBO). Merujuk pada beberapa penelitian, Amma menyebut peran organisasi atau lembaga berbasis keyakinan karena mereka memiliki kedekatan dengan konstituen atau masyarakat.
“Kedekatannya itu karena kepercayaan, pengetahuan, hubungan, dan aksesnya itu terhadap anggota masyarakat lebih menguntungkan dibandingkan aktor kemanusiaan yang lain,” urainya.