MUHAMMADIYAH.OR.ID, Yogyakarta – Muhammadiyah adalah gerakan yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Ini garis perjuangan yang sangat penting, bukan hanya persoalan fiqih, hukum, dan teologis tetapi seluruhnya harus bersumber dari al-Qur’an. Penerapannya dalam kehidupan berorganisasi maupun kehidupan terdapat variasi yang berkembang dari waktu ke waktu dan dari daerah satu ke daerah yang lain. Secara keseluruhan haruslah merujuk ke al-Qur’an dan Sunnah.
Hal itu dijelaskan Syafiq A Mughni, Ketua PP Muhammadiyah pada paparannya dalam kegiatan Pengajian Ramadan PP Muhammadiyah, Jumat (16/4).
Dalam memahami al-Qur’an dan Sunnah, menurutnya, terkadang terjadi perdebatan apakah akan memahami secara bayani, burhani, atau irfani, meski begitu, budaya yang berkembang secara universalah yang justru akan berpengaruh pada bagiamana mengartikan al-Qur’an dan sunnah dan meletakkan posisi akal dalam menafsirkan al-Qur’an dan sunnah itu.
Syafiq kemudian mengajak para pimpinan dan kader Muhammadiyah untuk mengingat kembali nilai-nilai yang dijunjung tinggi dalam Persyarikatan. Yang pertama, jelas dua sumber utama gerakan tadi.
Kedua, mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Diungkap Syafiq bahwa konsep ini telah dibicarakan sejak mukatamar malang, lima belas tahun yang lalu.
Ketiga, Muhammadiyah adalah organisasi trilogy yaitu dakwah amar ma’ruf nahi mungkar. Muhammadiyah berusaha memformulakan bagaimana cara berdakwah, menyampaikan amar maruf dan melakukan nahi mungkar.
Keempat, Muhammadiyah juga memiliki budaya ijtihad, tajdid, puritanisme. Ketiga hal itu bisa diartikan dengan banyak pemahaman. Bagaimana ijtihad yang dilakukan di Muhammadiyah apakah kembali pada takrif (definisi) yang lama atau lebih luas dari itu.
Apa kaitannya dengan tajdid? Apakah itu identik dengan modernitas, dan kalau kita memahami modernitas yang lahir dalam konteks kebudayaan barat kemudian dunia Islam juga masuk dan berhubungan dengan kemajuan ini.
“Sejauh mana puritanisme yang dianut oleh Muhammadiyah. Apakah tema-tema perjuangan Muhammadiyah harus dikemukakan dengan sangat vokal? Bahwa Muhammadiyah, organisasi yang anti syirik, syiah, bidah, jum’ah dan lain sebagainya,” kata Syafiq.
Kelima, Islam yang menjadi ciri dan karakteristik Persyarikatan Muhammadiyah. Keenam, Muhamamdiyah adalah organisasi tidak bermazhab dan organisasi yang melakukan pencerahan. Ketujuh, Spirit al-maun juga telah menjadi budaya di Persyarikatan Muhammadiyah.
“Ada budaya yang bersifat instrumental misalnya fastabikhul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) ini penting untuk melihat bagaimana untuk melihat persaingan dengan dunia luar baik yang bersifat hingga ke level mikro,” terangnya.
Hits: 941