MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Muhammadiyah melahirkan tokoh bangsa dan negarawan. Banyak kader Muhammadiyah tersebar dalam lintasan sejarah nasional.
Moeljadi Djojomartono dan Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap adalah dua di antaranya. Dua nama ini tidak banyak dibicarakan sepopuler Buya Hamka atau Soekarno.
Moeljadi Djojomartono dan Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap adalah tokoh Muhammadiyah yang aktif dalam pergerakan nasional dan perjuangan kemerdekaan.
Setelah Indonesia merdeka, keduanya menjabat sebagai menteri Republik Indonesia.
Moeljadi Djojomartono
Moeljadi Djojomartono lahir di Surakarta pada 3 Mei 1898. Ia wafat pada 23 Oktober 1967 usia 69 tahun.
Moeljadi Djojomartono adalah Menteri Sosial Indonesia dalam Kabinet Djuanda antara 1957 dan 1962 dan Kabinet Dwikora III tahun 1966.
Moeljadi Djojomartono juga menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat antara 1960 dan 1966.
Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap
Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap lahir di Pangkalan Brandan pada 9 Mei 1909. Ia wafat pada tanggal 14 Desember 1967.
Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap adalah Menteri Sosial dalam Kabinet Soekiman-Suwirjo dari tanggal 27 April 1951 sampai 3 April 1952, dan menjadi Menteri Penerangan pada Kabinet Burhanuddin Harahap dari tanggal 12 Agustus 1955 sampai 24 Maret 1956.
Bersama Aktif di Persyarikatan Muhammadiyah
Moeljadi Djojomartono telah aktif menjadi kader Persyarikatan sejak tahun 1923 lewat Muhammadiyah Cabang Solo.
Pengabdiannya terhadap Persyarikatan nampak dalam usaha memelopori terbitnya majalah Adil bersama wartawan kawakan Muhammadiyah, Soerono Wirohardjono.
Meskipun dirinya bukanlah pengarang dan wartawan, perhatiannya pada pers Islam sangatlah besar.
Di Majalah Adil, Moeljadi menggandeng Sjamsuddin Sutan Makmur Harahap. Semangat mendirikan surat kabar adalah komitmen keduanya terhadap Kongres Muktamar Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932.
Pada Kongres tersebut, ditetapkan perlunya harian Islam di bawah naungan Muhammadiyah dan tugas itu dibebankan kepada Konsul Muhammadiyah Solo.
Sepulang dari kongres, Moeljadi membicarakannya dengan para tokoh dan wartawan di Solo, antara lain Kiai Mochamad Edris. Kesepakatan yang diambil antara lain, menetapkan Moeljadi Djojomartono sebagai Direktur, Sjamsuddin Sutan Makmur sebagai Redaksi, Soejitno sebagai Redaktur Pertama, dan Soerono Wirohardjono sebagai korektor.
Sebagai publikasi Muhammadiyah, Majalah ADIL terbit edisi perdana pada 1 Oktober 1932 sebelum Perang Dunia II. Moeljadi juga memiliki andil dalam terbitnya surat kabar MERTJU SUAR yang kemudian berhenti setelah kematiannya.
Naskah: Afandi
Editor: Fauzan AS
Hits: 59