MUHAMMADIYAH.OR.ID, PALU – Kedatangan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP), Haedar Nashir Muhammadiyah ke Universitas Muhammadiyah (UM) Palu, Sulawesi Tengah pada Selasa (22/8) disambut dengan sepuluh agenda peresmian Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Selain melakukan peresmian, kedatangan Haedar Nashir ke UM Palu ini sekaligus menyampaikan amanat pada Ideopolitor yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulteng. Di tengah agendanya yang begitu padat, bisa datang ke Sulteng menurut Haedar harus disyukuri.
Selama dua periode kepemimpinannya, Haedar mengaku baru dua kali melakukan kunjungan ke Sulteng. Pertama yaitu ketika mitigasi bencana, pasca gempa dan likuifaksi yang terjadi di Palu, serta yang kedua adalah kunjungan ini yang menjadi tonggak kemajuan AUM di Sulteng.
“Saya tentu memberi apresiasi atas dua kegiatan yang sangat produktif ini, yakni peresmian amal-amal usaha dan acara Ideopolitor,” ungkapnya.
Lebih-lebih peresmian Gedung Gelora Banua Kaili (GBK) H. Rusdy Toana yang menurutnya identik dengan kemajuan. Dengan segala dinamika yang dihadapi selama proses pembangunan gedung, Haedar bersyukur akhirnya gedung penunjang sarana kampus ini rampung juga.
“Saya percaya pak rektor bisa memajukan universitas ini, sebagaimana dasar yang diletakkan oleh Pak Rusdy Toana sebagai universitas yang berkemajuan,” imbuhnya.
Prof. Rajindra, Rektor UM Palu merupakan kader seangkatan dengan Haedar Nashir ketika di PP IPM. Selama menempa diri sebagai kader IPM di Sulawesi Selatan, Prof. Rajindra merupakan kader ideologis Muhammadiyah. Oleh karena itu, Haedar percaya bekal perkaderan tersebut bisa memajukan UM Palu dengan prinsip Kemuhammadiyahan.
Secara khusus dia berpesan kepada kader-kader seluruh Ortom Muhammadiyah di Sulteng untuk memperkuat bekal ideologi Kemuhammadiyahan. Haedar percaya dengan demikian akan membawa Muhammadiyah Sulteng menjadi sama berkemajuan dengan PWM lain.
“Karena tidak ada persyarikatan yang maju jika tidak ada backup dari amal usahanya, dan sebaliknya tidak ada amal usaha yang maju jika tidak dibackup oleh pimpinan persyarikatannya. Amal usaha maju bersama persyarikatan,” tutur Haedar.
Oleh karena itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah ini berpesan dan menekankan kepada kader, sekaligus kepada pengelola AUM untuk saling bersinergi. Baik untuk memajukan AUM tersebut, juga memajukan persyarikatan. Sebab keduanya tidak bisa dipisahkan.
Sementara itu, Ketua PWM Sulteng Muhammad Amin Parakkasi dalam sambutannya menyampaikan optimisme terhadap gerakan Muhammadiyah di Sulteng. Kepada para pimpinan AUM, dia berpesan supaya tidak ada dikotomi antara AUM dengan Persyarikatan Muhammadiyah.
“Amal Usaha Muhammadiyah harus maju bersama persyarikatan, dan harus menyatu dengan persyarikatan. Jangan sampai ada dikotomi apalagi kalau sampai jalan sendiri-sendiri,” pesannya.
Namun demikian, dia menyadari bahwa tidak semua AUM dapat diperlakukan dengan sama. Artinya dalam mengendalikan AUM harus dengan pertimbangan situasi dan kondisi yang sedang berlangsung di masing-masing AUM tersebut. Sejalan dengan itu, seluruh AUM di Sulteng didorong untuk terus melakukan pembenahan.
Sepuluh AUM yang diresmikan tersebut yakni gedung Gelora Banua Kaili (GBK) H. Rusdy Toana, Lab Kewirausahaan, SM Corner UM Palu, gedung Buana Nasyiatul Aisyiyah, Masjid Al Muhajirin Muhammadiyah Petobo, Masjid Al Amin Muhammadiyah Tondo, Masjid Al Furqon PWM Sulteng, dan TK ABA Ranting Tondo.
Hits: 1196