MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Tinggal menunggu hitungan jam, malam ini kaum muslimin, khususnya warga Muhammadiyah menyambut bulan suci Ramadan dengan menggelar salat tarawih berjamaah. Hari pertama puasa Ramadan 1444 H sendiri akan dimulai pada besok, Kamis (23/3).
Menyambut bulan suci Ramadan, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti mengajak kaum muslimin bergembira dan bersuka cita.
Abdul Mu’ti menyebut bahwa anjuran bergembira dan bersuka cita terhadap bulan suci Ramadan disisipkan secara tersirat dalam Surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Pada ayat tersebut, panggilan kepada kaum beriman memakai ungkapan “Ya ayyuhaladzina-aamanuu”. Menurut Abdul Mu’ti, ungkapan ini berdasarkan pendekatan semantik memiliki dua bentuk panggilan sekaligus, yaitu panggilan yang berkategori umum ‘Ya…’, dan panggilan yang berkategori istimewa, yaitu ‘Ayuha’. Panggilan ini juga lebih khusus karena ditujukan kepada kaum beriman saja.
“Yang itu menunjukkan kecintaan subjek yang memanggil. Dan oleh karena itu, yang dipanggil harusnya menyambut dengan suka cita,” jelasnya dalam pengajian Tarhib Ramadan di Universitas Muhammadiyah Jakarta, Rabu (22/3).
Beragam bentuk cara Allah memanggil atau menyeru di dalam Alquran menurut Mu’ti menyimpan ragam derajat makna.
Penggunaan panggilan “Ya ayyuhaladzina-aamanuu” berdasar pendekatan ilmu tafsir menurutnya adalah masuk dalam kategori Surat Madaniyah. Artinya, perintah berpuasa itu dilakukan setelah aspek keimanan atau akidah kaum muslimin telah mantap atau teguh.
“Karena itu, maka dengan seruan Ya ayyuhaladzina-aamanuu, secara semantik kita memang seharusnya menyambut puasa dengan gembira. Apalagi setelah (kata) ya ayuha, ada (kata) amanu,” jelas Mu’ti.
Karena ditujukan kepada kaum beriman, maka ibadah puasa Ramadan diwajibkan untuk mereka yang telah mukalaf. Menurut Mu’ti, mukalaf memiliki lima ciri: beriman, balig, berakal sehat, merdeka, dan telah menerima dakwah.
“Karena itu, maka ibadah puasa adalah exclusive invitation. Undangan khusus. Kedua, yang menjawab adalah iman kita. Karena itu, kualitas iman kita yang menentukan bagaimana respon kita terhadap panggilan itu,” tegasnya. (afn)
Hits: 1018