MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Empat hari menjelang Muktamar ke-48, Senin (14/11), Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan Museum Muhammadiyah yang berlokasi di Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.
Dalam sambutan sekaligus pembacaan laporan Ketua Panitia Pembangunan Museum, Rektor UAD, Dr. Muchlas, MT menyampaikan terima kasih kepada PP Muhammadiyah yang mempercayakan pembangunan dan pengelolaan museum ini kepada UAD.
“Atas dukungan tersebut kami meneguhkan komitmen untuk terus merawat aset Muhammadiyah ini dan terus mengembangkan dan mengelolanya secara profesional sehingga dapat memenuhi harapan Persyarikatan menjadikan fasilitas ini sebagai museum yang berkemajuan sebagai media untuk memajukan peradaban semesta,” ujar Muchlas.
UAD, kata dia mendapatkan surat tugas dari PP Muhammadiyah padabtahun 2017 untuk menyediakan lahan museum sekaligus mengelolanya. UAD pun segera menyediakan lahan seluas total 2800 m2 di kampus IV.
Untuk pendanaan, Kemendikbud RI berkolaborasi dengan Muhammadiyah. Pembangunan gedung museum seluas
1200 m2 dilakukan lewat tiga tahap. Sedangkan peletakan batu pertama telah dilakukan oleh Presiden RI Joko Widodo dilakukan pada 22 Juli 2017.
Dengan gedung yang dikonsepkan ramah anak, perempuan, dan disabilitas, museum ini menggunakan teknologi IT untuk menjelaskan story line tentang perjalanan Muhammadiyah. Dari 4 lantai yang dimiliki, lantai 1 memuat historiografi Muhammadiyah, sedangkan lantai 2 adalah ruang pamer tematik Muhammadiyah untuk bangsa yang dapat membuat pengunjung merasakan masa lalu, masa kini dan masa depan.
Menyambung Muchlas, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah dalam pembangunan museum ini.
“Kami atas nama Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan terima kasih kepada pemerintah, khusus pada Pak Muhadjir dalam hal ini mendapat tugas dari Presiden. Mudah-mudahan ini jadi amal jariyah dan terima kasih kepada UAD yang juga berkontribusi sehingga di sinilah kekhasan Muhammadiyah, jadi selalu ada kolaborasi di samping banyak hal yang kita membangun mandiri,” ucap Haedar.
Museum Muhammadiyah sendiri bagi Haedar bukan sekadar tempat wisata dan edukasi biasa, melainkan juga sebagai tempat menjaga memori kesejarahan peran-peran kebangsaan, kemanusiaan, dan keumatan Muhammadiyah sekaligus proyeksi masa depan Muhammadiyah.
“Kami juga berharap pada seluruh keluarga besar Persyarikatan agar memanfaatkan museum ini sebagai kunci pembuka sejarah dan sekaligus juga maudhu’ah yakni proyeksi Muhammadiyah ke depan dari pelajaran sejarah yang kita dapatkan di museum ini. Museum tidak hanya bicara masa lampau, tapi juga proyeksi ke masa depan,” tegasnya.
Untuk menyempurnakan konten museum, Haedar mengajak seluruh Pimpinan Persyarikatan di tingkat wilayah sampai ranting untuk menyumbangkan artefak sejarah Muhammadiyah yang dimiliki. Selain itu, UAD disarankan untuk membuat kajian etnografis jejak perjalanan dan pemikiran KH. Ahmad Dahlan.
Sebagai informasi, dalam peresmian ini turut hadir Mengko PMK Muhadjir Effendy, Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas, Dadang Kahmad, Ahmad Dahlan Rais, dr. Agus Taufiqurrahman, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua PWM DI. Yogyakarta Gita Danu Pranata, Bantul Abdul Halim Muslih, berserta jajaran khususnya Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul dan Provinsi DI. Yogyakarta.