MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan bahwa hadirnya media sosial menandai lahirnya era revolusi industri 4.0. Mengutip Yuval Noah Harari, era ini telah mengantarkan manusia dari homo sapiens menjadi homo deus. Di era sapiens, manusia hidup dalam kebersamaan dan ketergantungan pada manusia lain. Di era homo deus, manusia hidup dalam ketergantungan yang berlebih pada teknologi.
Ungkapan Haedar di atas disampaikan dalam acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Jumat (14/7). Menurutnya, persoalan di atas ini menjadi tantangan bagi umat beragama termasuk Muhammadiyah. Sebagai sistem beragama, Muhammadiyah adalah sebuah entitas yang unik. Haedar kemudian mengutip sosiolog terkenal Talcott Parsons tentang bagaimana sebuah sistem dapat bertahan melewati zaman.
Pertama, kemampuan untuk beradaptasi sangat penting. Muhammadiyah harus mampu beradaptasi dengan menghasilkan karya-karya progresif yang dapat mempengaruhi realitas ini, bukan sebaliknya. Muhammadiyah tidak boleh terjebak dalam pemikiran kuno yang mengabaikan gagasan-gagasan tentang masa depan. “Zaman sudah fiil mudhari, tapi kita masih terjebak pada alam pikiran fiil madhi,” ucap Haedar.
Kedua, goal attainment atau bagaimana cara mencapai tujuan. Tujuan utama Muhammadiyah adalah menciptakan masyarakat Islam yang autentik. Di era baru ini, usaha amal yang dimiliki oleh Muhammadiyah perlu mendapatkan pembaruan. “Kemampuan kita dalam menggunakan media untuk mencapai tujuan ini akan menentukan keberadaan kita sebagai sebuah sistem,” kata Haedar.
Ketiga, kemampuan untuk berintegrasi. Sebagai organisasi besar dengan elemen-elemen yang beragam, Muhammadiyah harus menjadi gerakan yang integratif.
Keempat, kemampuan memelihara pola. Pola yang sudah dibangun Muhammadiyah itu harus dirawat. Pola tersebut harus tetap dijaga, karena jika terlepas, Muhammadiyah akan kehilangan identitasnya. “Sebuah organisasi akan semakin besar jika memiliki banyak masalah. Kita tidak ingin menjadi seperti gajah besar yang sulit bergerak. Oleh karena itu, integrasi diperlukan agar semua komponen dapat berjalan dengan baik,” jelas Haedar.
Berdasarkan empat kerangka pikir agar Muhammadiyah sebagai sebuah sistem dapat bertahan di era revolusi 4.0, Haedar berharap Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah dapat lebih berperan maksimal.
“Dalam konteks ini saya berharap MPI menjadi organ Muhammadiyah yang bisa mendinamisasi dan mengkapitalisasi proses baru hidup di era revolusi IT ini. Saya yakin MPI menjadi leading sector yang terdepan,” harap Haedar.
Hits: 235