MUHAMMADIYAH.OR.ID, KEBUMEN – Allah Swt melalui Surat Ali Imran ayat ke-104 menjanjikan bahwa kelompok yang melakukan amar makruf nahi munkar akan muflih atau mendapatkan kebahagiaan.
Menurut Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jamaluddin Ahmad, hal inilah yang umumnya dipahami oleh warga Muhammadiyah.
“Oleh karena itu kita ber-Muhammadiyah juga begitu. Dakwah itu jalan mendaki. Perjuangan, kita menghadapi sedih, gembira, tantangan, rintangan. Tapi ketika dakwah itu berhasil, Allah menjadikan kita yad’una ilal khair, wa ya’muruna anil munkar, ayatnya ditutup dengan wa ulaaika humul muflikhun (dan merekalah orang-orang yang beruntung),” ujarnya.
Dalam Pengajian Ahad Pagi Kebumen (18/9), Jamaluddin menyebut dakwah sebagai cara orang Muhammadiyah meraih kebahagiaan hidup. Dan dakwah yang dilakukan pun dilakukan secara bersama-sama.
“Maka Muhammadiyah menjadikan ayat ini sebagai motivasi kita berdakwah, berjuang menyebarkan agama Islam. Karena dijanjikan Allah akan menjadikan kita orang-orang yang bahagia, yang optimis, menang dalam kehidupan dunia dan akhirat. Jadi dakwah menghasilkan kebahagiaan hidup,” imbuhnya.
Di dalam Alquran, Allah juga mengajarkan doa sapu jagad yang ada di Surat Al-Baqarah ayat 201. Doa itu bagi Jamaluddin mengajarkan umat Islam untuk memiliki keyakinan dan semangat meraih kesuksesan dan keselamatan hidup di dunia dan akhirat.
“Jadi nggak boleh meyakini ‘biar sengsara di dunia tapi selamat di akhirat’. Semua umat Islam harus punya keyakinan sukses dunia dan akhirat. Makanya di salam Cabang Ranting itu berbunyi ‘ranting itu penting, cabang harus berkembang, Muhammadiyah sukses dunia, sukses akhirat’,” kata Jamaluddin.
Lebih lanjut, dirinya menuturkan filosofi ini dituangkan dalam batik resmi LPCR yang mengambil motif pohon duren dan diresmikan oleh Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir Februari 2022 lalu.
“Karena dakwah itu seperti pohon duren, buah duren itu nggak enak dimakan sendiri karena duren itu buah psikologis sensasional, hanya enak dimakan kalau rame-rame,” ungkap Jamaluddin.
“Jadi dakwah itu juga begitu, sehebat-hebatnya kita jadi ustad, kalau dakwah sendirian tidak enak, maka kita bersyarikat di Muhammadiyah,” pungkasnya. (afn)