MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Hampir tujuh abad Islam berjaya di Spanyol. Keberadaan Islam dengan para ilmuwannya menjadi titik pijak bagi masa pencerahan (renaissance) seluruh Eropa.
Akan tetapi, pertikaian politik di antara sesama muslim ditambah dengan masuknya kelompok muslim berpemahaman tekstualis menjadi api yang membakar kejayaan umat Islam Spanyol.
Akademisi Hubungan Internasional UMY yang telah melanjutkan studi magister dan doktoral di Madrid, Idham Badruzzaman berharap fakta sejarah itu menjadi refleksi bagi umat Islam Indonesia.
“Perebutan kekuasaan itu sangat kental di Spanyol dan berkontribusi besar kepada kehancuran Islam di Andalusia,” ungkap Idham.
Dalam podcast Majelis Tabligh PP Muhammadiyah bertajuk “Jejak Islam di Negeri Matador”, Kamis (24/12) Idham lebih lanjut memberi nasihat agar kebersamaan di antara organisasi dan kelompok Islam di Indonesia terus dijalin dan diperkuat.
“Bukan tidak mungkin lho, Indonesia juga bisa akan jadi seperti ini, maka ini kemudian akan membangkitkan ghirah kita untuk Keislaman dengan segala sinergitasnya dengan semua organisasi Islam yang ada di Indonesia,” jelasnya.
“Maka kalau kita mengaca di sana ya kita harus bersinergi, sesame Islam itu jangan saling menjatuhkan, harus saling bersama, mendukung, untuk keutuhan Islam di lingkup NKRI,” sambungnya.
Islam berjaya di Spanyol pada abad ke-7 hingga abad ke-14 masehi. Peninggalan kejayaan itu masih dapat disaksikan di kota Madrid, Granada, Toledo dan hampir seluruh kota besar Spanyol.
Perpecahan dan perebutan politik menjadikan Islam di Spanyol benar-benar habis pada abad ke-16 masehi. Saat ini, dua juta umat Islam Spanyol mulai kembali berkembang melalui komunitas para imigran yang berjumlah 59 persen dengan 41 persen lainnya umat Islam pribumi.
Sebaran umat Muslim ada di Madrid, Catalunya, Andalucia, Murcia, Valenciana, Ceuta. Populasi 4 persen atau 2 juta dari total 44 juta lebih penduduk Spanyol. (afn)
Hits: 38