MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Belakangan saya menyadari bahwa keberadaan Muhammadiyah sangat dekat dengan masyarakat. Tak hanya rumah sakitnya yang ada sampai pelosok, ruang pendidikan pun banyak dibangun oleh Muhammadiyah. Semoga sinar Muhammadiyah dapat selalu menerangi dan membangun kehangatan toleransi di negara ini, seperti yang sudah saya rasakan sendiri.
Hal itu dituliskan Butet Rs M, Salah satu pasien persalinan di RS PKU Muhammadiyah dalam artikelnya mencicipi kehangan toleransi di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang di posting di situs Rahma.ID.
Butet menceritakan pengalaman persalinannya di RS PKU Muhammadiyah. Dirinya terkesan dengan pelayanan tenaga Kesehatan (nakes) yang ada di Rumah Sakit. Salah satu yang membuatnya terkesan tat kala dia diajak berdoa bersama agar disembuhkan dari traumanya.
Saya Katolik, Dok.” Beliau dengan bijak menjawab, “Tidak apa-apa, mari kita berdoa. Mbak dengan cara Mbak, dan saya mendoakan dengan cara saya.” Tulis Butet dalam artikelnya.
Butet merasa ada haru yang menyesak dalam dadanya. Bukan hanya traumanya yang sembuh, tapi juga kepercayaannya jadi penuh pada tim dokter yang akan melakukan bedah.
“Waktu sempet diruang ganti pake baju operasi, waktu saya sedang ganti pakaian di bantu oleh perawat. Pak Dokter tiba-tiba kaget dan bilang ‘astagfirullah’ itu pun tanpa menengok sama sekali lho. Nyaman gitu, saya ngerasanya aman dan nyaman,” jelas Butet saat dihubungi redaksi Muhammadiyah.or.id, Rabu (23/12).
Mengenal Muhammadiyah Lebih Banyak
Keputusan Butet untuk memeriksakan dirinya ke PKU Muhammadiyah sangat membantunya mengatasi trauma persalinan sebelumnya. Dari segi pelayanan rumah sakit yang baik, keramahan para tenaga medis, dan tim dokter yang menananganinya.
“Awal mula menghormati Muhammadiyah ya dari PKU itu,” kata Butet.
Dari sanalah juga, Butet semakin banyak mengenal teman-teman dari Muhammadiyah. Ia semakin tau bahwa Muhammadiyah memiliki banyak hal. “Ketika saya harus bolak balik periksa ke PKU Muhammadiyah, saya menyadari banyak sekali ya yang dilakukan Muhammadiyah. Ternyata Muhammadiyah ini mirip dengan Yayasan katolik yang saya tau waktu kecil, o ada sekolahnya ada rumah sakitnya, oh mereka hebatnya, sambil saya bercerita di jalan dengan suami,” ujarnya.
Butet menyadari bahwa Muhammadiyah besar dan tidak mendiskriminasi orang yang berbeda kostum dengan mereka.
“Kebergamaan itu berangkat dari percakapan sehari-hari bagaimana bermasyarakat dengan sendirinya pasti akan terjadi toleransi itu bukan yang muluk-muluk tapi mulai dari kita. Ketika kita memberi senyum yang ramah dan kata-kata yang baik pasti akan menularkan pada yang lain,” pungkasnya.
Hits: 46