Oleh: Fauzan Anwar Sandiah
Melawat ke Jepang 1939
Pada bulan November 1939 Madjlis Islam A’laa Indonesia (MIAI) mengutus H.M. Farid Ma’roef, H. Abdulkahar Moedzakkir, M. Ahmad Kasmat, H. Mahfoed Siddieq, dan Abdullah bin Oesman Alamoedi memenuhi undangan Perhimpoenan Islam Nippon.
Madjlis Islam A’laa Indonesia adalah badan musyawarah yang diprakarsarai oleh KH. Mas Mansur pada 21 September 1937 di Surabaya. Prakarsa ini mendapat dukungan penuh oleh tokoh-tokoh pergerakan Islam lain, di antaranya KH. M. Dahlan dan KH. Abdulwahab Hasbullah dari Nahdlatul Ulama serta ada W. Wondoamiseno (Hadikusuma, 1971).
Pada pertemuan pendirian MIAI ada tujuh organisasi yang terlibat: Muhammadiyah, Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Al-Islam, Perikatan Umat Islam (PUI), Nahdlatul Ulama (NU), Al-Irsyad Cabang Surabaya, Hidayatul Islamiyah Banyuwanti, dan Al-Khairiyyah Surabaya.
Pendelegasian lima pengurus MIAI ke The Islamic Exhibition tertuang dalam Mandaat tertanggal 1 November 1939. Penandatangan mandat adalah W. Wondoaminseno dan Sastradiwirja, masing-masing selaku pimpinan dan sekretaris.
Selama 20 hari lima orang utusan MIAI mengunjungi The Islamic Exhibition di Tokyo dan Osaka. Pengundang adalah The Tokyo Moslem Community and the Dai Nippon Kaikyo Kyokai melalui surat pada tanggal 1 September 1939.
Total ada sembilan utusan yang hadir pada The Islamic Exhibition, yaitu Yaman, Turkistan, Manchuokuo, Canton, Indonesia, Peking, Turko-Tatars, Mongolia dan Afganistan.
The Islamic Exhibition membahas masalah kebudayaan, ilmu pengetahuan, persaudaraan, perniagaan, perdagangan, pelajaran dan berbagai isu lain kecuali sosial dan politik.
Rangkaian eksibisi ini sebetulnya juga bagian dari misi perdagangan Jepang ke Indonesia. Sebagaimana dicatat oleh Farid Ma’roef, pada siang 13 November di New Osaka Hotel, utusan-utusan bertemu saudagar-saudagar Jepang:
“Dalam pertjakapan itoe, boleh saja mengambil kesimpoelan bahwa: Bangsa Indonesia masih koerang perhatiannja terhadap perdagangan [..] beloem ada jang mengambil dagangan dari Japan, laloe didjoelnja kepada bangsanja, di Indonesia” tulis Farid Ma’roef.
Lawatan Dua Puluh Hari
Ringkas perjalanan ke Jepang disarikan oleh H.M. Farid Ma’roef begini: (1) Hari pertama sabtu tanggal 11 November 1939 delegasi Indonesia tiba di pelabuhan Kobe. (2) Hari kedua ahad tanggal 12 November menghadiri undangan dari pembesar kota Osaka untuk perayaan 7 pemuda jepang yang baru berkeliling dunia dengan pesawat terbang. (3) hari ketiga senin 13 November bertemu saudagar-saudagar Jepang di New Osaka Hotel.
(4) Hari keempat tanggal 14 November pergi ke Tokyo bertemu pejabat dan pelajar Indonesia di Jepang. (5) Hari kelima berkunjung ke kantor Perhimpoenan Islam Nippon dan bertemu ahli perdagangan Jepang di Asia Hotel. (6) Hari kamis tanggal 16 November para delegasi mulai program resmi dan beberapa di antara mereka ada yang berkumpul di Yasima Hotel untuk nantinya pergi ke Istana Kaisar dan mengunjungi perdana menteri.
Masih pada hari keenam, karena sudah terbagi menjadi dua kelompok besar, beberapa utusan termasuk yang dari Indonesia pergi menemui menteri bagian balatentara dan menteri bagian pendidikan. selanjutnya Farid beserta rombongan juga melihat planetarium dan gedung surat kabar Tokyo Asahi.
(7) Hari Jum’at tanggal 17 November para delegasi berkunjung ke beberapa tempat termasuk kamar dagang, gedung kereta api dan Masjid Tokyo. Kebanyakan kaum muslim yang beraktivitas di masjid dan lembaga pendidikan yang ada di situ adalah orang-orang Turko-Tatar.
Masih di hari yang sama, setelah dijamu makan dan minum oleh Tokyo Muslim Mosque Committee, rombongan berangkat ke Seiyoken. Mereka menghadiri jamuan yang diselenggarakan oleh Perhimpoenan Islam Nippon. “Receptie itoe dihadiri, selain dari oetoesan ialah beberapa kaoem Moeslimin jang berada di Japan dan bangsa Japan yang berpangkat ±200 orang banjaknya” tulis Farid. Turut hadir pada kesempatan itu adalah Jenderal Senjuro Hayashi yang pada saat itu selaku ketua Dai Nippon Kaikyo Kyokai.
(8) Pada hari kedelapan tanggal 18 November delegasi berkunjung ke sekolah dasar Kuramai dan pusat perbelanjaan Matsuzakaya. Malam harinya, diadakan sidang kaum muslimin di Gedung Nippon Club dengan ketua Mr. Ismail dari India. Sidang itu menghasilkan tiga keputusan: (a) mengadakan konferensi dan pameran Islam di Tokoyo tahun depan; (b) penerbitan majalah Islam bulanan; (c) mendirikan Muslim House di Tokyo untuk padepokan pelajar-pelajari dari negara berpenduduk muslim.
(9) Ahad tanggal 19 November para utusan berkunjung ke kuburan Mikado Meiji, Shotoku Memorial Hall, Pasar Tokyo, dan bertemu menteri agama Yaman di Imperial Hotel serta menonton teater kuno Kabuki.
(10) Senin tanggal 20 November para utusan melihat museum peperangan, bertemu Letnan Jenderal, ikut parade Komazawa, dan pergi ke Gedung Gezantschap Nederland Z.E. Generaal Van Pabst bertemu De Roo dan Van Gulik.
(11) Hari selasa 21 November rombongan delegasi berkunjung ke pabrik biskuit dan sekolahan. Selain itu, Farid dan Abdoel kahar pergi ke International Student House tempat pelajar Indonesia tinggal. Malam hari mereka kembali dengan rombongan delegasi lain untuk menerima undangan dari kamar dagang Jepang dan Tokyo.
(12) Rabu tanggal 22 November rombongan berkunjung ke museum armada laut di Yokosuka dan berikutnya berangkat ke Hakone dari stasiun Tokyo. Di Hakone, rombongan disambut oleh pimpinan industri pariwisata.
(13) Tanggal 23 November, dari Hokone para utusan bergerak ke Atami dengan motorboot untuk menyeberangi danau. Rombongan menginap di Atami Hotel dekat pantai. (14) Pada hari Jum’at tanggal 24 November, para utusan berangkat ke Nagyoya karena mendapat undangan dari kamar dagang Nagoya. (15) Tanggal 25 November, para delegasi menumpang autobus berkunjung ke kantor pemerintah Nagoya, kantor walikota, kastil Nagoya, pusat perbelanjaan Matsuzakaya, kebun binatang dan Masjid Nagoya.
(16) Pada hari Ahad tanggal 26 November, rombongan berkunjung ke kuil Heian, pabrik tekstil Kawashima, pabrik boneka, Gunung Miei dengan naik cable car dan ditutup dengan mendatangi undangan pesta di Miyako Hotel oleh gubernur.
(17) Hari senin tanggal 27 November rombongan pergi ke Osaka. Mereka berkunjung ke gedung surat kabar Osaka Mai Nichi, Osaka Asahi, kantor pemerintahan, kamar dagang, benteng Osaka, pabrik uang, pabrik tenun dan pesta di New Osaka Hotel. (18) Hari selasa 28 November para utusan mengunjungi pameran Islam di Osaka, kemudian ke pabrik gelas Shimada, dan pesta perpisahan dengan Perhimpoenan Islam Nippon.
(19) Hari Rabu tanggal 29 November, pada delegasi pergi ke kota Kobe. Mereka berkunjung ke Masjid Kobe kemudian menghadiri undangan yang diadakan oleh kaum muslim dari India dan Turko-Tatars yang tinggal di Kobe. (20) Hari kamis tanggal 30 November, ada acara perpisahan untuk para delegasi di Masjid Kobe. Utusan dari Indonesia menerima undangan makan siang oleh Direktur N.V. Nanyo Kaiun Kaisya. Pukul 3 sore delegasi Indonesia menuju kapal Nitiran Maru, kapal yang juga telah mengantar rombongan pada waktu kedatangan. Kapal Nitiran Maru tiba di Surabaya pada tanggal 12 Desember 1939 pukul 6 sore. Perjalanan dilanjutkan dengan autoboat yang disediakan Muhammadiyah Cabang Surabaya.
Etnografi Jepang ala H.M. Farid Ma’roef
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa H.M. Farid Ma’roef tidak hanya membuat catatan kronologis kegiatan di Jepang. Ia juga menyelipkan bab ilmiah tentang perkembangan ekonomi dan industri di Jepang sejak era Meiji (1867-1912), perkembangan pengajaran dan pendidikan termasuk pengiriman pelajar ke Jepang, perkembangan agama-agama, dan gerakan pemuda dalam buku Melawat ke Japan.
Maka, Melawat ke Japan bukan sekedar buku atau catatan perjalanan. H.M. Farid Ma’roef menulis suatu perpaduan antara catatan harian dan studi tentang Jepang serta dokumentasi arsip-arsip penting. Berlatar belakang seorang guru, Farid Ma’roef memang punya kepiawaian dalam kepenulisan yang mampu bertutur secara menawan dan mengumpulkan banyak informasi penting bagi pembaca di masanya juga di masa ini. Maka, buku ini bisa disebut sebuah bentuk studi etnografi tentang Jepang yang sangat khas pada zamannya.
Buku Melawat ke Japan adalah bukti kekuatan kepustakaan arsip di Muhammadiyah yang masih sangat jarang disentuh. Sangat sedikit pimpinan Muhammadiyah pernah membaca atau melihat sendiri buku Melawat ke Japan. Padahal, sepak terjang syiar identitas Islam dan internasionalisasi Muhammadiyah sudah berlangsung sejak itu. Kosmopolitanisme Islam yang membantu aktivis Muhammadiyah mewujudkan rahmatan lil ‘alamin.