MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Lembaga Media dan Komunikasi Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) secara resmi membuka Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) Media 2022 dengan mengangkat tema Digital Way Out of Digital Movement pada, Jumat (24/6) di Convention Hall Kapal Garden Hotel Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP IPM Nashir Efendi menyampaikan diperlukan militansi kader IPM di dunia digital demi memperjuangkan kebaikan. “Buzzer yang positif dan influencer yang ada secara kualitas dan kuantitas, yang sangat konsisten bergerak dibutuhkan dalam dunia digital,” kata Nashir.
Selanjutnya, Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Malang Nur Subeki berpesan kepada peserta untuk memiliki skill organisatoris, “Kader IPM harus mampu mengantisipasi ketidakjelasan dan memiliki kepercayaan dengan teman, sehingga mampu untuk menggerakkan sesama kader IPM lain,” kata Nur.
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak juga ikut berpesan kepada peserta, walau secara daring. Emil berpesan untuk mengoptimalkan dan memanfaatkan teknologi digital secara maksimal sehingga dapat bermanfaat kepada masyarakat umum.
“Maka pelajar memiliki peran untuk mengomunikasikan apa yang disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat umum melalui teknologi digital. Pelajar diharapkan menggunakan teknologi digital secara lebih positif,” tuturnya.
Kegiatan yang dihadiri oleh 63 peserta yang berasal dari 13 provinsi ini diawali dengan persembahan tari Topeng Malangan yang dipersembahkan langsung oleh para pelajar Muhammadiyah. Adapun beberapa tokoh penting, diantaranya Ketua Umum Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Nafis Zamani Alfiansyah. Di dalam sambutannya, Nafis berharap dengan diselenggarakannya Kopdarnas Media ini dapat memberikan ilmu yang dapat diterapkan bagi teman-teman media se-Indonesia.
Di akhir sesi pembukaan, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Arya Mahendra Sinulingga sebagai keynote speaker mengatakan pandemi memberikan percepatan dalam dunia digital dan kehadirannya sudah mencakup semua umur.
“Algoritma sosial media membuat polarisasi terjadi. Algoritma muncul karena kepala kita, ketika dua orang tidak pernah diberikan sisi yang berbeda, maka dia tidak pernah menjadi objektif. Makanya harus punya pikiran kritis,” pungkas Arya.
