MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Bertempat di Dome UMM, Senin (5/9), Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) se-Indonesia berkumpul untuk melakukan konsolidasi kebangsaan yang digelar selama dua hari dari tanggal 5-7 September 2022. Dalam pembukaan acara, hadir Ketua Umum PP Nasyiatul ‘Aisyiyah, Diyah Puspitarini, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Cak Nanto, Ketua Umum DPP IMM, Abdul Musawir Yahya, dan Ketua PP IPM, Nashir Effendy.
Sesuai tema konsolidasi “Indonesia Milik Bersama”, dalam pidato kebangsaannya Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menilai para generasi muda, khususnya AMM menanggung tugas yang tak kalah berat.
Tugas berat itu yakni melanjutkan pembangunan sekaligus merawat akar dan runutan sejarah bangsa agar tidak terdistorsi, terutama terkait nafas religiusitas Indonesia, dan peran-peran berbagai agama serta umat Islam dalam saat-saat krusial perumusan dasar negara yang kini terancam oleh dinamika sekularisasi, kapitalisme dan liberalisme.
“Nah karena itu khusus bagi AMM, pesan saya, pertama, perdalam, perluas, dan aktualisasikan pandangan Islam yang sudah menjadi paham agama dalam Muhammadiyah serta ideolgi Muhammadiyah sebagai modal, jiwa, pikiran, dan orientasi tindakan kita,” ujarnya.
“Saya yakin inilah yang harus terus disosialisasikan. Generasi kami tentu akan berakhir. Generasi kawan-kawan yang akan meneruskan. Maka manakala anak muda betul-betul memahami Islam dan ideologi serta prinsip-prinsip gerakan Muhammadiyah baik dalam konteks internal maupun dalam konteks keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan semesta tetap dirawat, diperkaya, insyaallah Muhammadiyah ke depan akan jauh lebih berperan daripada saat ini dan masa lalu,” kata Haedar.
“Tetapi sebaliknya, manakala kering dari pemahaman Keislaman, kering dari pemahaman ideologi, lebih-lebih kalau kering uswah hasanah sebagai ciri utama dari Muhammadiyah, maka Muhammadiyah ke depan tentu harus dikonsolidasi lagi,” tegasnya.
Selanjutnya, Haedar juga berpesan agar AMM melebur tanpa canggung dengan berbagai kelompok berbeda sebagaimana Kiai Ahmad Dahlan dulu juga akrab bermuamalah dengan tokoh yang berbeda aliran dan keyakinan, bahkan dengan tokoh-tokoh kiri dari komunis seperti Semaoen dan ‘Alimin.
“Juga keluar berkolaborasi. Jangan sampai orang mengatakan bahwa pimpinan, kader, dan anggota Muhammadiyah itu eksklusif padahal pendirinya (Kiai Dahlan) adalah tokoh yang inklusif dengan tetap bahwa dalam inklusivitas itu kita punya prinsip, tapi prinsip yang kokoh, kaya, multi perspektif dan dari prinsip itu lahir pesan-pesan dan peran-peran yang membawa kemajuan dan membawa peran-peran Islam sebagai dinu rahmah, dinul hadharah,” pesannya.
AMM juga dipesankan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai instrumen utnuk memajukan Persyarikatan, umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta dan tidak menjadi konsumen semata.
“Dan terakhir, generasi anda harus makin berkolaborasi baik di dalam maupun keluar. Saya yakin di tubuh kita banyak keragaman, tapi jangan sampai satu sama lain saling menegasikan dan menjatuhkan. Tapi satu sama lain harus belajar. Ketika keliru dan salah, jangan terus merawat kekeliruan itu. Belajar saling tausiah, saling peduli dan berbagi. Kekuatan Muhammadiyah ada di sini,” tegas Haedar.
“Insyaallah saya percaya di tangan anak-anak muda ini Muhammadiyah, umat dan bangsa akan memperoleh masa kemajuan dan pencerahan,” pungkasnya. (afn)