MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA— Budaya induk organisasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah berperan besar dalam penguatan motivasi karyawan, meningkatkan kembali missi utama sebagai gerakan kemanusiaan dalam sikap kerja karyawan di Rumah Sakit Muhammadiyah ‘Aisyiyah (RSMA).
Fakta tersebut ditemukan oleh Mohammad Agus Samsudin, Ketua Majelis Pembina Kesehatan Umum (MPKU) PP Muhammadiyah dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Anteseden Keterlekatan kerja Terhadap Kinerja Individu Manajer Madya di Rumah Sakit-Rumah Sakit Muhamamdiyah.”
Di masa pandemi, ketika hampir seluruh tenaga kerja mengalami kesulitan dari sisi skill maupun semangat, maka kemudian budaya induk organisasi PP Muhammadiyah menguatkan semangat karyawan dengan menanamkan bahwa, menangani covid adalah bagian dari gerakan kemanusiaan yang merupakan tujuan dari organisasi.
Dalam sidang promosi doktornya di Universitas Bina Nusantara yang diselengarakan pada (8/3), Agus Syamsudin menyebut sisi keterlekatan kerja meningkat antara karyawan dengan RSMA selama masa pandemi. Di posisi yang sulit, pendapatannya turun, karyawan rela dipotong penghasilannya melalui kerja lembur dan efisiesni yang cukup banyak.
“Secara kinerja kami melihat ada sebuah inovasi yang sangat banyak di rumah sakit, baik itu karena keterpaksaan maupun karena rumah sakit harus tetap survive,” ungkapnya.
Terkait dengan regulasi swastanisasi rumah sakit, ia menyebut hal itu berdampak pada meningkatnya jumlah rumah sakit swasta, namun juga berdampak lain pada rumah sakit yang dikelola oleh organisasi nir-laba. Jumlah rumah sakit yang dikelolah oleh organisasi nir-laba khususnya lembaga keagamaan, kata Agus, meskipun ada regulasi tersebut jumlahnya relatif stabil.
Menurut Agus, Rumah Sakit Muhammadiyah memiliki keunikan tersendiri. Pasalnya, rumah sakit Muhammadiyah tidak ada yang dimiliki secara pribadi, artinya semua rumah sakit Muhammadiyah adalah milik organisasi. Kemudian seluruh keuntungan atau sisa hasil usaha dikembalikan kepada rumah sakit untuk operasional.
“Ini terbukti model ini berhasil sampai sekarang masih bisa survive,” imbuhnya.
Peran Muhammadiyah dalam urusan kesehatan dengan mendirikan rumah sakit telah dimulai sejak tahun 1923, artinya sudah hampir satu abad organisasi ini berperan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara umum. Saat ini, Muhammadiyah telah memiliki 107 rumah sakit dan 256 klinik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Hits: 480