MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Pada sebagian masyarakat, terdapat cara pandang yang keliru terhadap bencana. Mereka kadang merespons bencana dengan sesuatu yang tidak rasional, yaitu dilakukannya ritual-ritual mistik yang secara ilmiah justru tidak memiliki keterkaitan dengan bencana. Di sinilah titik ironinya. Bencana yang menyengsarakan justru malah melahirkan kesyirikan.
Dalam upaya meluruskan cara pandang terhadap bencana, Muhammadiyah menerbitkan buku Fikih Kebencanaan. Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Muchammad Ichsan, Fikih Kebencanaan dapat dijadikan tuntunan untuk menghindari perilaku yang dapat merusak lingkungan dan mendatangkan bencana.
Menurut Ichsan, jika dilihat dari sunnatullah, banyak kejadian alam adalah murni disebabkan oleh perubahan tata alam. Misalnya gempa disebabkan oleh pergeseran lempeng bumi, gunung berapi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan perut bumi, dan seterusnya. Peristiwa tersebut hampir tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan perilaku dan sikap manusia terhadap agama dan alam sekitarnya.
“Ini adalah proses alamiah yang diciptakan oleh Allah dalam mengurus alam ini, yang pasti mengandung berbagai hikmah dan manfaat untuk kehidupan. Di sinilah sebenarnya cara pandang manusia akan menentukan sikapnya terhadap kejadian alam tersebut, apakah secara positif atau negatif,” terang Ichsan dalam kajian di Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Selasa (01/09).
Namun harus diakui, ujar Ichsan, memang ada pula bencana yang terkait dengan perilaku manusia. Umumnya terjadi akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh eksploitasi manusia terhadap alam secara berlebihan. Dalam hal ini, banyak orang yang melakukan tindakan-tindakan yang menurut perhitungan nalar pun berpotensi menimbulkan bencana. Misalnya, deforestasi atau penebangan pohon di hutan, dan sebagainya.
Menurut Ichsan, dalam ajaran Islam, kerusakan yang terjadi di bumi ini diyakini sebagai akibat kesalahan tindakan manusia dalam menjalankan fungsi kekhalifahannya. Kesalahan tindakan manusia terjadi karena yang bersangkutan tidak mampu mengendalikan dan menyeimbangkan hak, kewajiban, dan fungsinya sebagai hamba dan khalifah-Nya.