MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Pokok pikiran ketiga di dalam Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) berbunyi, “Hanya hukum Allah Swt yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama dalam menuju hidup bahagia yang hakiki di dunia dan akhirat.”
Menurut Wakil Ketua Majelis Pendidikan Kader (MPK) PP Muhammadiyah M. Faiz Rafdhi, pokok pikiran ini menegaskan agar warga Muhammadiyah memahami bahwa Islam adalah satu-satunya ajaran yang sempurna.
“Apa konsekuensi dari kita meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya ajaran yang baik dan sempurna, maka sudah seyogyanya amal tingkah laku kita bersendikan pada nilai-nilai Islam,” tuturnya.
Dalam program Ideologi Muhammadiyah di kanal Tvmu, Faiz menjelaskan bahwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah mendefinisikan Islam sebagai agama yang ditanzilkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw dengan Alquran dan As-Sunnah yang memuat berbagai perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
“Maka dari pokok pikiran ini mengajarkan kepada kita bahwa Islam merupakan satu-satunya ajaran yang tidak hanya mengajarkan kepada kita untuk baik secara individu, tapi juga secara sosial. Amanu wa amilu salihat, imannya baik, amal salehnya baik. Masih ada korelasi dengan pokok pikiran kedua MADM yaitu hidup manusia bermasyarakat,” jelas Faiz.
Kiai Ahmad Dahlan sendiri kata Faiz pernah mengkritik orang yang mengejar salah dunia dan melupakan akhirat dan orang yang berbuat sebaliknya. MADM dalam hal ini kata dia menegaskan agar warga Muhammadiyah berbuat seimbang, yaitu memakmurkan dunia sebagai ladang amal yang berorientasi akhirat.
“Inilah yang digambarkan dan diajarkan oleh Kiai Dahlan bahwa penting dalam melaksanakan ajaran Islam, dalam beragama kita harus li-salahil ibad dunyahum wal ukhrahum. Bagaimana caranya? jadilah khoirunnas anfa’uhum lin-nas. Yakni menjadi manusia yang baik, yang paling bermanfaat bagi orang lain,” kata Faiz.
“Kalau kita sebagai pimpinan Persyarikatan, sebagai pimpinan Amal Usaha, indikasinya adalah Amal Usaha dan Persyarikatan itu menjadi lebih baik lagi. Kalau dulu Persyarikatan yang kita pimpin belum punya Amal Usaha, sekarang punya. Kalau dulu punya 1, sekarang punya 2, dan seterusnya,” imbuh Faiz.
“Jadi konteks kemaslahatan itu kata as-salah adalah kebaikan. Kata as-salah juga meningkatkan kebaikan dengan cara yang baik dan semua dalam rangka memperoleh kebaikan,” tegasnya. (afn)