MUHAMMADIYAH.ID, JAKARTA – Arus Islamophobia yang dirasa begitu kencang tidak terjadi hanya di negeri Barat, tapi juga terjadi di negeri mayoritas muslim seperti Indonesia.
Bermacam narasi yang tidak berdasar fakta empiris seringkali dilemparkan ke publik untuk menguras fokus umat muslim dalam membangun pusat-pusat keunggulan.
Merasa prihatin, Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal berpesan agar warga Persyarikatan tidak terkecoh oleh kebisingan itu dan terus bekerja menghasilkan amal saleh sebagaimana yang telah dilakukan di berbagai tempat, termasuk Papua.
“Ini pertaruhan betul Muhammadiyah di Papua. Ketika banyak sekali orang meragukan tentang komitmen umat Islam untuk mendukung Kebhinekaan, mendukung keragaman di negeri ini saya kira Muhammadiyah kita di Papua, di Sorong menjadi pertaruhan kita, dan kita menjadi pemangku amanah fardhu kifayah atas berbagai macam stigmatisasi yang negatif terhadap Islam dan umat Islam di negeri ini,” ungkapnya dalam Pengajian PWM Papua Barat, Sabtu (30/1).
“Kita sangat bangga bahwa Muhammadiyah kita di bumi Papua, Papua Barat, Sorong dan seterusnya dengan perguruan tinggi dan tidak kurang dari 90 amal usaha memberi jawaban konkrit dan otentik bahwa Islam tidak seperti yang distigma, Islam tidak seperti yang diungkap dalam arus keras Islamophobia baik di Indonesia maupun di negeri-negeri yang lain,” imbuhnya.
Kemanfaatan Perguruan Tinggi dan amal usaha Muhammadiyah di Papua menurut Fathurrahman mayoritas dirasakan oleh umat non muslim secara adil. Meski senyap pemberitaan, Muhammadiyah terus melakukannya karena sebagai bukti beragama yang benar.
“Bagi kita di Muhammadiyah, kita ingin menegakkan kesaksian di hadapan Allah bahwa ada umat muslim di Indonesia ini dalam arus keras Islamophobia yang memberikan jawaban otentik, bukan narasi,” tambahnya.
“Ini pertaruhan dan kita akan menjadi jawaban. Ketika orang meragukan, maka Muhammadiyah hadir sebagai bukti. Litakuna syuhada’ alan nas wa yakunu rasulu alaikum syahida,” tegasnya. (afn)