MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Konferensi Global tentang Hak-Hak Perempuan dalam Islam (GCWRI) akan diadakan pada tanggal 14 hingga 16 Mei 2024 di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan, Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) Yogyakarta. Konferensi ini terselenggara atas kerjasama Muhammadiyah bersama Faith to Actions Network dan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir.
Islam secara luas diakui telah meningkatkan status perempuan dan melindungi hak-hak mereka, termasuk hak sipil, politik, sosial, dan ekonomi. Seorang muslimah memiliki hak-hak yang setara dengan laki-laki dalam menjalankan ibadah, mendapat pahala atas amal dan pembelaan keyakinannya, hak atas pendidikan, kesetaraan perlakuan, hak memilih pasangan perkawinan, hak ekonomi, serta hak-hak sipil dan politik. Akan tetapi, otentisitas ajaran tersebut seringkali dibiaskan oleh berbagai kepentingan patriarkhis sepanjang sejarah masyarakat Muslim di seluruh dunia.
Muhammadiyah, melalui organisasi perempuannya yaitu Aisyiyah, telah lama memperjuangkan kesetaraan kolaboratif antara laki-laki dan perempuan. Aisyiyah telah lebih dari seratus tahun mendampingi perempuan Indonesia meraih kemajuan bersama laki-laki sebagai mitra produktif sesuai ajaran Islam. Majelis Tarjih Muhammadiyah telah mengkompilasi berbagai produk ijtihad yang membangun kesetaraan kolaboratif itu dalam berbagai segment sosial sampai tingkat paling mikro: keharmonisan dalam rumah tangga. Hal ini mencerminkan komitmen Muhammadiyah terhadap nilai-nilai kebersamaan dan mutualitas sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan kebijaksanaan manusia.
Tujuan diadakannya konferensi global ini, seperti yang disampaikan oleh Siti Syamsiatun, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Aisyiyah (LPPA), diantaranya untuk, saling belajar dari pengalaman dan berbagi pembelajaran dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dalam Islam.
“Upaya saling menginspirasi untuk menyelenggarakan inisiatif berbasis agama ini, baik regional dan internasional, bertujuan untuk memajukan hak-hak perempuan dalam Islam, membekali para pembela hak-hak perempuan dengan pengetahuan dan informasi yang memadai untuk memperjuangkan pemajuan hak-hak perempuan, serta menghasilkan dokumen bersama yang akan digunakan oleh para aktivis, ilmuwan, dan pemuka agama dalam mengembangkan kebijakan dan strategi yang didasarkan pada nilai-nilai agama,” jelas Siti seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima redaksi pada Rabu (8/5).
Askuri Ketua the Aisyiyah Center – Universitas Aisyiyah Yogyakarta yang ditunjuk sebagai ketua panitia penyelenggara konferensi, menjelaskan bahwa konferensi ini akan melibatkan para ulama, intelektual Muslim, dan para aktivis hak-hak perempuan dari beberapa negara: Mesir, Amerika Serikat, Inggris, Bosnia-Herzegovina, Belanda, Palestina, Kenya, Lesotho, Burundi, Zimbabwe, Uganda, Zambia, Kongo, Tunisia, Ethiopia, Togo, Nigeria, Ghana, Senegal, Sudan Selatan, dan Lebanon.
Konferensi ini juga akan dihadiri para aktivis global dari The Joint Initiative for Strategic Religious Action (JISRA), pimpinan ormas Islam dan keagamaan, pimpinan perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah, pusat studi gender, dan Civil Society Organizations (CSO). Total peserta diperkirakan mencapai 150-200 orang.