MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL – Sudah hadir di lebih dari 30 negara di dunia, Muhammadiyah saat ini sudah bisa disebut sebagai gerakan transnasional. Namun berbeda dengan gerakan transnasional lain yang dikenal tekstualis dan formalistik.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Ridho Al Hamdi pada (31/3) dalam Kajian Iktikaf yang diselenggarakan oleh AMM Piyungan, Bantul.
Dalam pengetahuan masyarakat umum, gerakan transnasional selain dikenal kental akan pandangan yang tekstualis dan formalistik, juga fundamental dan radikal. Tapi Muhammadiyah seakan sebagai anomali dari pengetahuan umum itu.
Namun demikian, Muhammadiyah masih saja mendapat label serupa, lebih-lebih semangat yang diusung juga sama yaitu kembali pada Al Qur’an dan Hadis. Padahal terdapat perbedaan di Muhammadiyah dalam mendekati teks tersebut.
“Tafsirnya adalah pemurnian, tapi pada saat yang bersama adalah adanya dinamisasi atau bahasa tarjihnya pembaharuan,” kata Ridho menjelaskan perbedaan Muhammadiyah dengan Salafi.
Cara Muhammadiyah mendekati teks, imbuh Ridho, menghasilkan tradisi-tradisi keagamaan baru di Indonesia, seperti dilembagakannya amil zakat (LAZ). Sebelum Muhammadiyah membangun LAZ, zakat diserahkan ke pemuka agama.
Inovasi dengan lahirnya LAZ ini bahkan diadopsi oleh pemerintah berupa Baznas. Tradisi baru yang dilahirkan oleh Muhammadiyah selain itu juga adanya pengajian-pengajian di lingkungan negara.
“Termasuk ibu-bapak pengajian-pengajian di lembaga-lembaga negara itu yang mempelopori Muhammadiyah ketika di era Pak AR Fakhruddin,” ungkap Ridho.
“Termasuk kemudian ada musala-musala di lembaga-lembaga negara dulu nggak ada, itu Muhammadiyah tapi kemudian orang tidak tahu kalau itu adalah tradisi yang dibangun oleh Muhammadiyah, termasuk Salat Id di lapangan,” imbuhnya.
Tradisi-tradisi baru keagamaan yang dilahirkan oleh Muhammadiyah ini menegaskan posisi Muhammadiyah sebagai gerakan yang tidak tekstualis. Meski demikian, di beberapa tempat Muhammadiyah masih diidentikan dengan Salafi atau Wahabi.