MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Kyai Saad Ibrahim, menyoroti pentingnya untuk tidak terlalu cepat menilai seseorang. Menurutnya, setiap individu memiliki potensi untuk berubah, sehingga menilai dengan tergesa-gesa dianggap sebagai tindakan yang gegabah.
“Pendapat saya adalah jangan terlalu cepat menilai seseorang, apalagi orang itu masih hidup,” ucap Saad saat merespon pertanyaan audiens dalam acara Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Kamis (14/03).
Saad mengisahkan sebuah kejadian yang melibatkan Harun Nasution dan salah seorang muridnya. Ketika murid tersebut ingin melakukan penelitian tentang pemikiran Muhammad Natsir, Harun menolaknya. Harun menjelaskan bahwa Natsir masih hidup, dan pemikirannya masih berkembang, sehingga belum bisa dipastikan secara keseluruhan.
Dari kisah tersebut, Saad menekankan bahwa terlalu cepat membuat penilaian terhadap seseorang dapat mengakibatkan kesimpulan yang tidak akurat. Ia mengajak untuk memberikan kesempatan bagi setiap individu untuk tumbuh dan berkembang, serta tidak mengambil kesimpulan secara prematur. Dengan demikian, pengingatan dari Saad menekankan pentingnya sikap bijaksana dalam menilai orang lain.
Saad kemudian memaparkan bagaimana tradisi intelektual Islam lebih banyak menulis tahun wafat seseorang. Hal ini menandakan bahwa tahun kematian dianggap penting karena menandai akhir dari perjalanan kehidupan seseorang di dunia ini. Dalam tradisi Islam, tahun kematian seseorang sering kali dianggap sebagai momen penting karena pada saat itulah seluruh amal perbuatan dan warisan intelektualnya dinilai secara utuh.
Saad kemudian memaparkan pentingnya panduan Al Quran dan Al Sunah dalam membentuk keilmuan. Menurutnya, mempelajari kedua sumber utama Islam tersebut dapat membentuk seseorang yang tidak hanya ahli fikih, tetapi juga dapat menjadi pakar dalam bidang lain, seperti kedokteran. Saad mencontohkan tokoh Ibnu Rusyd, seorang cendekiawan asal Andalusia yang berhasil mencapai keahlian dalam dua bidang yang berbeda: sebagai hakim dan juga dokter.
Dengan menyoroti Ibnu Rusyd, Saad menggambarkan bagaimana panduan dari Al Quran dan Al Sunah dapat memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Ia menekankan bahwa pendekatan Islam terhadap ilmu pengetahuan tidak hanya membatasi pada aspek keagamaan semata, tetapi juga mencakup aspek-aspek praktis kehidupan sehari-hari, seperti bidang kesehatan.