Oleh: Ilham Ibrahim
Sejak kecil, perempuan diposisikan sebagai sosok istimewa. Dalam pandangan Islam, peranannya membentang dari membuka pintu surga untuk ayahnya hingga menjadi pilar keutamaan agama suaminya saat dewasa. Sebagai seorang ibu, surga dipercayai berada di telapak kakinya. Namun, mengapa sering kali kita mendengar anggapan bahwa lebih banyak perempuan yang menjadi penghuni neraka?
Kesimpulan ini seringkali bersumber pada beberapa hadis yang menggambarkan pemandangan surga dan neraka yang disaksikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Dua hadis tersebut mencatat bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah perempuan, yang kemudian ditafsirkan sebagai konsekuensi dari tindakan buruk yang mereka lakukan.
Dalam sebuah peristiwa, Rasulullah melihat surga dan neraka pada dua kesempatan yang berbeda, yaitu ketika Isra’ Mi’raj dan saat memimpin salat sunnah khusuf atau salat gerhana. Hadis-hadis tersebut menggambarkan bahwa banyak perempuan yang menjadi penghuni neraka, dan alasannya disebutkan sebagai kekufuran mereka, khususnya terhadap pasangan dan kebaikan-kebaikan pasangan mereka.
Hadis tersebut berbunyi: “… Aku diperlihatkan di surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para perempuan” [HR. al-Bukhari dan Muslim].
Selain itu hadis lainnya: “… Dan aku diperlihatkan neraka. Saya tidak pernah melihat pemandangan seperti yang kusaksikan hari ini. Dan saya melihat kebanyakan penghuninya adalah para perempuan. Mereka bertanya, mengapa wahai Rasulallah? Beliau bersabda, dikarenakan kekufuran mereka. Lalu ada yang berkata, apakah mereka kufur kepada Allah? Beliau menjawab, kufur terhadap pasangannya dan kebaikan-kebaikan pasangannya itu. Jika engkau berbuat baik kepada salah seorang perempuan sepanjang tahun, kemudian dia melihatmu melakukan (sedikit) kejelekan, maka dia akan mengatakan, saya tidak melihat sedikit pun kebaikan darimu” [HR. al-Bukhari dan Muslim].
Pandangan Majelis Tarjih
Penting untuk dicatat bahwa, menurut Tim Fatwa Majelis Tarjih, interpretasi terhadap hadis-hadis tersebut harus memperhatikan bahwa masuknya seseorang ke dalam neraka tidak berkaitan dengan jenis kelaminnya, melainkan disebabkan oleh perbuatan buruk yang dilakukan. Hal ini perlu dipahami dengan jelas agar tidak terjadi pemahaman keliru bahwa ajaran Islam merendahkan perempuan.
Balasan surga atau neraka di akhirat nantinya tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, melainkan oleh amal perbuatan manusia. Oleh karena itu, dalam memahami ajaran Islam, penting untuk menilai perbuatan dan karakter individu tanpa memandang gender. Dengan demikian, pandangan bahwa perempuan lebih banyak menjadi penghuni neraka dapat dipahami sebagai hasil dari perbuatan buruk yang dilakukan oleh individu, tanpa merendahkan hak dan nilai perempuan dalam agama Islam.
Perlu dicermati bahwa balasan surga maupun neraka di akhirat kelak selalu berkaitan dengan amal perbuatan manusia. Dalam Al-Qur’an, secara tegas disebutkan dalam Surah An-Nisa (4:124) bahwa baik laki-laki maupun perempuan yang mengerjakan amal-amal saleh dan beriman akan masuk surga tanpa dianiaya sedikit pun.”Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun” (QS. An-Nisa [4]: 124).
Ayat lainnya dalam Surah An-Nahl (16:97) juga menegaskan bahwa orang yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, akan diberikan kehidupan yang baik dan balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan. “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl [16]: 97).
Lebih lanjut, Surah Al-Zalzalah (99:8) menegaskan bahwa setiap perbuatan kejahatan, sekecil apapun, akan mendapatkan balasan yang setimpal. “Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula” (QS. Al-Zalzalah [99]: 8).
Dalam memahami hadis-hadis tentang siapa yang masuk surga atau neraka, perlu diingat bahwa konteks ayat-ayat di atas harus menjadi landasan. Jelaslah bahwa penyebab banyaknya perempuan masuk neraka adalah akibat perbuatan buruk mereka, bukan semata-mata karena jenis kelamin.
Penjelasan hadis tentang perempuan yang masuk neraka karena mengkufuri kebaikan suami perlu dipahami dalam konteks budaya Jahiliyyah yang ingin dihilangkan oleh Rasulullah SAW. Islam tidak hanya membebaskan perempuan dari kebiasaan penguburan bayi perempuan hidup-hidup, tetapi juga dari kebiasaan melaknat suami yang dapat menceburkan ke neraka.
Perbanyak Amal Salih
Penting untuk diingat bahwa mayoritas penghuni surga atau neraka tidak perlu menjadi perhatian utama, karena pada dasarnya, balasan akhirat tidak terkait dengan jenis kelamin, melainkan dengan amal perbuatan manusia. Oleh karena itu, setiap perempuan (dan juga lelaki) seharusnya lebih fokus pada penyebab banyaknya orang masuk neraka dan berupaya menghindarinya.
Penyebab mayoritas perempuan masuk neraka, sebagaimana disebutkan dalam beberapa hadis, antara lain adalah kufur pada suami, gemar mengadu domba, suka melaknat, tidak amanah, ingkar janji, dan kikir. Meskipun keburukan ini juga dapat ditemui pada lelaki, Rasulullah saw. melihat bahwa perempuan cenderung lebih banyak melakukannya. Oleh karena itu, Rasulullah mendorong perempuan untuk gemar bersedekah.
“Dari Abu Sa’id al-Khudri ra, (diriwayatkan ia berkata), Rasulullah saw. berangkat ke masjid pada hari Idul Adha atau Idul Fitri, beliau lalu menasihati orang-orang agar giat bersedekah seraya berkata, wahai manusia bersedekahkah! Ketika beliau melewati para perempuan, Rasulullah saw. bersabda, wahai para perempuan, bersedekahlah, karena sesungguhnya aku diperlihatkan bahwa mayoritas penghuni neraka adalah kalian (kaum perempuan)! Kemudian para perempuan itu bertanya, Mengapa ya Rasulullah? Rasul pun menjawab, kalian sering melaknat dan berbuat kufur kepada suami” [HR. al-Bukhari].
Dalam pemahaman Ibnu Hajar al-Asqalani, hadis tersebut menunjukkan bahwa sedekah memiliki potensi untuk menyelamatkan seseorang dari azab. Oleh karena itu, setelah mendengar anjuran tersebut, para sahabiyah dengan antusias bersedekah, seperti yang dicatat dalam hadis Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah.
Pentingnya bersedekah sebagai upaya untuk menghindari potensi masuk neraka terlihat dari respons positif para sahabiyah. Mereka tidak hanya mendengarkan anjuran, tetapi juga segera beramal dengan melemparkan perhiasan mereka ke dalam pakaian Bilal sebagai bentuk sedekah. Bahkan, istri Ibnu Mas’ud, Zainab, datang kepada Rasulullah saw. untuk memahami tata cara sedekah bagi para istri.
Rasulullah saw. membenarkan tindakan tersebut, dan hadis ini juga menunjukkan bahwa ketaatan kepada suami, seperti yang dituntut oleh hadis-hadis sebelumnya, haruslah berdasarkan pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Penting untuk dicatat bahwa kritis pada suami bukanlah bentuk ketidaktaatan, melainkan sebuah ketaatan yang konstruktif.
Dalam konteks ini, setiap Muslimah diharapkan meneladani sikap proaktif para sahabiyah yang setelah mengetahui bahaya banyaknya perempuan masuk neraka, segera beramal agar tidak terjerumus dalam kondisi tersebut. Pendidikan dan peringatan yang diberikan Rasulullah saw. tentang banyaknya perempuan di neraka diharapkan dapat menjadi pelajaran dan motivasi bagi umatnya. Dengan demikian, kebijaksanaan dan amal perbuatan yang baik, termasuk bersedekah, dapat menjadi kunci untuk menjauhkan diri dari azab dan mendekati surga.
Terakhir, terdapat hadis yang membawa kabar gembira bagi perempuan: “Dari Abdurrahman bin ‘Auf (diriwayatkan), ia berkata, Rasulullah saw bersabda, jika seorang perempuan selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa pada bulan Ramadan, serta betul-betul menjaga kemaluannya, dan taat pada suaminya, maka kelak akan dikatakan padanya, masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka” [HR. Ahmad].
Referensi:
Tim Fatwa Majelis Tarjih, “Benarkah Wanita Banyak Menghuni Neraka?”, dalam Suara Muhammadiyah Online, https://web.suaramuhammadiyah.id/2020/02/06/benarkah-wanita-banyak-menghuni-neraka/, diakses pada 21 Desember 2023.
Majalah Suara Muhammadiyah Edisi 6 Tahun 2019.