MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir mendorong Lazismu untuk memiliki skala prioritas, khususnya untuk pengembangan daerah 3T.
Pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah termasuk kemanusiaan (ZISKA), menurut Haedar bisa didistribusikan dalam bentuk-bentuk program dan kegiatan jangka panjang, tidak sekadar karitatif.
“Ini perlu ada skala prioritas itu agar kita bisa lebih mengakselerasi problem-problem internal kita,” kata Haedar dalam Ceramah Ketua Umum PP Muhammadiyah di Rakernas Lazismu 2024 di Palembang.
“Perlu ada tasyaruf dana ZIS untuk usaha produktif, bukan usaha karitatif,” imbuh Guru Besar Sosiologi ini.
Pada kesempatan ini Haedar menekankan supaya aktivitas penggalangan ZIS untuk lebih proaktif, tidak sekadar menunggu. Mencontohkan keaktifan lembaga zakat level ranting, menurutnya hal itu tidak boleh mati, dan harus dikembangkan.
Di samping itu, penting untuk dicatat bahwa pendistribusian dana ZIS oleh Lazismu supaya memiliki ukuran yang jelas. Seperti jumlah sasaran, luas sasaran,, yang berimplikasi pada peningkatan simpati pada persyarikatan.
“Karena Muhammadiyah ke depan ini akan tetap eksis sebagai organisasi jika anggotanya itu bukan hanya konstan, karena jumlah penduduk terus bertambah – kalau konstan nanti semakin kecil persentasenya,” kata Haedar.
Eksistensi Muhammadiyah di masa mendatang menurutnya akan terjadi manakala jumlah anggota atau warga Muhammadiyah bertambah. Menuju keinginan tersebut, dibutuhkan akselerasi baru untuk relasi sosial baru.
“Gerak Lazismu itu juga harus menjadi gerak yang sentrifugal di bawah, jadi para aktivis ZIS itu juga menjadi penggerak lini organisasi dan jemaah,” tutur Haedar.
Langkah-langkah tersebut dilakukan dengan harapan mampu menjaga eksistensi Persyarikatan Muhammadiyah. Khususnya cara menggugah kesadaran berzakat bagi muslim milenial, dibutuhkan cara-cara baru untuk menyasar mereka.