MUHAMMADIYAH.OR.ID, IRAN – Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Iran menggelar syukuran dan munajat doa Milad ke-111 Muhammadiyah di Husainiyah Ummu Abiha yang biasa digunakan sebagai lokasi perayaan Kelompok Syiah, di Kota Qom, Iran.
Ketua PCIM Iran, Syahrul Ramadhan menyampaikan terkait dipilihnya lokasi ini memiliki makna simbolis yang penting untuk persatuan umat Islam. Menurutnya, antara Sunni dan Syiah yang terlalu dikotomis dan diperhadapkan nyatanya bisa saling toleran melalui acara perayaan Milad ke-111 Muhammadiyah di Iran ini.
Melalui pesan simbolis ini, Syahrul dan keluarga besar PCIM Iran berharap persatuan umat Islam tidak sebatas utopia. Melalui persatuan tersebut, dapat menjadi solusi atas masalah yang dihadapi oleh kemanusiaan dunia saat ini, seperti masalah di Palestina yang berlarut-larut.
“Isu yang paling hangat mewarnai dunia Islam saat ini adalah isu persatuan Islam. Terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah internal umat Islam. Masalah Palestina berlarut-larut karena sampai saat ini persatuan itu belum terwujud secara ideal,” ungkap Syahrul (23/11).
Pihaknya terus mendorong adanya persatuan dan penghentian pertikaian mengatasnamakan golongan, termasuk di internal umat Islam itu sendiri. Syahrul mencontohkan, beberapa kegiatan PCIM Iran yang bisa berjalan dengan baik tanpa terjadi diskriminasi dan terkadang difasilitasi oleh pemerintah setempat.
“Teman-teman pelajar Indonesia di Iran yang mungkin dalam persepsi banyak orang, bahwa semuanya Syiah dan isu yang berkembang muslim non Syiah didiskriminasi di Iran, namun Muhammadiyah tidak ada yang menghalangi eksistensinya di Iran. Bahkan kenyataannya organisasi Muhammadiyah aktif melakukan kegiatan di Iran dengan aman bahkan difasilitasi,” ungkapnya.
Dia menambahkan, bahwa perayaan Milad ke-111 Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh PCIM Iran juga diselenggarakan di Husainiyah, salah tempat yang rutin digunakan untuk perayaan hari-hari besar kelompok Syiah.
“Milad Muhammadiyah ke 111 yang dilaksanakan oleh PCIM Iran tahun ini dilaksanakan di Husainiyah. Husainiyah adalah tempat pertemuan yang biasa digunakan untuk kegiatan muslim Syiah pada hari hari perayaan muslim Syiah. Namun Muhammadiyah diperbolehkan untuk menggunakannya,” tuturnya.
Sementara itu, Suharbul selaku penasehat PCIM Iran dalam ceramahnya menjelaskan bahwa Muhammadiyah tidak terdikotomi mazab. Muhammadiyah adalah pecinta ilmu, sebagaimana doa penutup yang sering digunakan oleh kader-kader di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
“Saya mengawali pengkajian keislaman saya, dengan bergabung di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Saat itu motto yang kerap digunakan organisasi pelajar dan keislaman ini adalah “Nuun Walqolami Wamaa Yasthuruun” yang artinya Nuun, Demi Pena dan Apa yang Dituliskannya, yang diambil dari surah al-Qalam ayat 1,” buka Suharbul.
“Ayat ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah menekankan gerakannya pada keilmuan. Itulah yang kemudian membuat saya semangat dan begitu mencintai ilmu. Bahkan membuat saya sampai berada di negeri Persia ini, yang dikenal memiliki tradisi keilmuan yang sangat tinggi sejak dulu,” sambungnya.
Selain turut dihadiri elemen organisasi lain di Iran seperti Kahmi, HPI dan KKS Iran, acara syukuran Milad Muhammadiyah juga dihadiri sejumlah dosen dari tiga kampus Indonesia yang sedang melaksanakan Short Course di Qom Iran, yaitu dari Universitas Islam Al-Ihya Kuningan, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon dan Universitas Paramadina Jakarta.