MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 yang menjadikan aspek ekonomi sebagai pilar ketiga kekuatan dakwah Muhammadiyah. Berangkat dari keputusan itu, Muhammadiyah mulai mulai fokus membangun kekuatan ekonomi umat secara tersistem.
Bermacam aspek untuk mendukung terwujudnya Closed Loop Economy Muhammadiyah pun dibentuk. Misalnya, Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM), Baitut Tamwil, hingga Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM).
Menurut Bendahara Majelis Ekonomi Bisnis dan Pariwisata (MEBP) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Ahmad Syauqi Soeratno, BUMM memiliki konsep yang berbeda dengan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Siapapun, kata Syauqi boleh mengusulkan pendirian usaha untuk menjadi BUMM, karena peluang bisnis bisa datang dari mana saja. Tetapi pendiriannya harus disetujui dan dilakukan oleh Pimpinan Persyarikatan. Karena syarat badan usaha yang dimiliki harus berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan pembagian saham dilakukan dengan minimal saham sebesar 50%+1 dimiliki oleh dan atas nama Persyarikatan Muhammadiyah.
“BUMM adalah entitas PT. Jadi kalau bukan PT tidak bisa menjadi BUMM. Dan pada PT yang didirikan, sahamnya minimal 50 persen plus 1 milik Muhammadiyah,” jelasnya dalam Muhammadiyah Jogja Expo (MJE) ke-3 di Jogja Expo Center, Sabtu (25/11).
“Kalau AUM, sejak awal dan sampai akhir zaman tujuannya, dananya, semuanya 200 persen untuk sosial keagamaan. Tapi kalau BUMM, karena ada kemungkinan pemegang sahamnya tidak hanya Persyarikatan, ketika ada pembagian deviden, boleh saja keuntungannya dibagi untuk mereka yang menanam saham,” imbuhnya.
Pendirian BUMM, lanjutnya dapat dilakukan Pimpinan Muhammadiyah di berbagai Wilayah dan Daerah. Dalam Pedoman BUMM, kata dia, hal ini juga telah diatur dan disosialisasikan sejak 2017.
“Jadi sekarang Persyarikatan punya entitas bisnis. Memang tujuannya untuk mencari keuntungan dengan logika bisnis. Bedanya, keuntungannya tidak untuk sendiri-sendiri, tapi kembali ke Persyarikatan untuk kegiatan sosial dan keagamaan,” ucapnya.
Semua upaya penguatan ekonomi di atas, kata Syauqi adalah ikhtiar Muhammadiyah membangun kemandirian dan kekuatan ekonomi umat.
“Muhammadiyah berharap suatu hari tercipta Muhammadiyah Economy Closed Loop, bagaimana sistem ekonomi di Muhammadiyah dapat saling menghidupi dan memberi manfaat di internal Muhammadiyah. Kalau ini kuat, kita tarik ke luar agar bangsa ini juga mendapat manfaat dari Muhammadiyah,” pungkasnya. (afn)