MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Sebagai wahyu yang ditanzilkan Allah Swt, ayat-ayat Alquran niscaya tetap dan bersih dari setitik pun kecacatan. Namun untuk membawa kaum muslimin pada kehidupan yang unggul, Alquran tidak dapat dipahami secara apa adanya.
Menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’i, ayat-ayat Alquran hanya akan bertenaga jika dimaknai dengan pendekatan kreatif sebagaimana yang telah dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan ketika menerjemahkan makna Surat Al-Ma’un.
Dalam Hari Bermuhammadiyah di UMJ, Rabu (10/5), Mu’ti memberi satu contoh. Misalnya pada penerjemahan kata ‘fasiiru fil ardhi’ (berjalanlah di atas muka bumi) yang di Alquran ada enam kali pengulangan.
Dalam beberapa tafsir, perintah berjalan (fasiiru) itu diterjemahkan secara harfiah, yakni berjalan di atas muka bumi. Menurutnya, terjemahan itu tidak cukup karena tidak memberikan dampak nyata bagi kaum muslimin. Oleh karenanya, diperlukan penerjemahan kreatif secara maknawi.
“Fasiiru kalau ditafsirkan itu tidak ada unsur yang sifatnya keunggulan. Maka saya menerjemahkan dengan pendekatan kreatif, ‘jelajahilah dunia’ sehingga Alquran itu punya pesan bagi kita untuk jadi orang yang punya wawasan global dan mendunia dan menjadi orang yang siap di manapun berada,” ujarnya.
Dengan pendekatan kreatif dan maknawi, menurut Mu’ti perintah ‘fasiiru’ juga memberi konsekuensi lanjutan bagi kaum muslimin. Misalnya isyarat untuk menyediakan sarana penunjang perintah tersebut seperti alat transportasi hingga bisnis penginapan.
“Sehingga ndak ada perintah, tapi secara tidak langsung Allah memerintah kita untuk membuat alat transportasi yang memungkinkan kita menjelajahi dunia. Tidak ada perintahnya, tapi ada isyaratnya,” kata Mu’ti mengutip beberapa ayat Alquran yang menukil tentang binatang ternak, lautan, dan bahtera.
Contoh lainnya, pada ayat tentang perbedaan suku bangsa, kata dia mengisyaratkan kaum muslimin untuk menguasai berbagai bahasa dunia. Ayat-ayat lainnya di dalam Alquran pun menurutnya berpotensi menggerakkan kaum muslimin pada keunggulan jika dipahami dengan pendekatan kreatif.
“Ini jadi kunci dan umat itu maju kalau Alquran itu kita pahami dengan pendekatan kreatif,” pungkasnya. (afn)