MUHAMMADIYAH.OR.ID, MALANG – Transformasi digital bisa dengan mudah diaplikasikan dalam banyak sendi kehidupan, bank misalnya bisa dengan mudah bertransformasi dari yang awalnya pelayanan berbasis analog kemudian berubah ke pelayanan-pelayanan berbasis digital yang mengurangi interaksi antar manusia.
Namun pertanyaannya, di tengah gelombang transformasi digital yang saat ini sedang melanda dunia, apakah juga akan bisa berlaku dengan mudah bagi dunia pendidikan dan pembelajaran ?. Guru Besar Sosiologi Agama UMM, Prof. Syamsul Arifin menuturkan bahwa transformasi digital di dunia pendidikan tidaklah sama dengan bank misalnya.
Menurutnya, dibutuhkan rumusan yang jelas sebab dengan pesatnya perkembangan teknologi digital, akan banyak menggerus relasi yang dibangun dalam proses belajar dan mengajar. Transformasi digital dalam dunia pendidikan harus memperyimbangkan matang-matang, misalnya hubungan antara pendidik dengan peserta didik.
Dalam Seminar Nasional yang diadakan di UMM pada, (26/1) dengan judul Transformasi Digital untuk Memperkuat Sistem Pendidikan dan Pembelajaran Interdisiplin Menuju Profesionalisme Guru Berkelanjutan, Prof. Syamsul mengutip Imam Syafi’i yang mengatakan bahwa dalam mencari ilmu dibutuhkan enam hal.
Keenam bekal itu antara lain kecerdasaan, semangat, bersungguh-sungguh sebagaimana berjihad, membutuhkan modal, bersahabat atau menjaga interaksi yang baik dengan guru, dan membutuhkan waktu yang lama.
“Bagaimana interaksi guru dengan murid, kalau misalnya transformasi digital terjadi secara keseluruhan. Ini penting kita rumuskan supaya tidak mengganggu ‘eksistensi’, karena banyak bidang di pendidikan tidak bisa digantikan oleh Artificial intelligence .” ungkapnya.
Sebab, bagaimanapun pendidikan tetap membutuhkan sentuhan manusia, perhatian dan lain sebagainya. Gelombang transformasi digital yang begitu besar, imbuhnya, tidak boleh mengikis eksistensi dunia pendidikan. Mengutip Sustainable Development Goals (SDG’s) Prof. Syamsul mengatakan pendidikan menjadi faktor nomor wahid dalam mengentaskan masalah kemiskinan.
Merujuk Al Qur’an Surat An Nisa’ayat 9, Dosen di Program Studi Pendidikan Agama Islam ini menuturkan, bahwa jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah termasuk dalam arti miskin. Dia beralasan kemiskinan yang dihadapi oleh seseorang bukanlah takdir, tetapi disebabkan oleh banyak faktor mulai dari kultural sampai struktural.