MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANDUNG—Kemajuan perempuan Indonesia tidak bisa dipisahkan oleh gerakan ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah. Kontribusi kedua organisasi sayap perempuan Muhammadiyah ini, berhasil merubah derajat perempuan Indonesia yang awalnya disebut sebagai kelompok masyarakat kelas dua.
Demikian disampaikan oleh Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Raja Juli Antoni di acara Pembukaan Tanwir Pra-Muktamar ke-XIV Nasyiatul Aisyiyah, Jumat (2/12) di Bandung.
Didapuk sebagai keynote speech, Raja Juli mengutip perkataan dari Siti Munjiah tokoh Aisyiyah yang berbicara di Kongres Perempuan I pada 1928, yang menyebutkan bahwa hak belajar bagi perempuan sama dengan yang dimiliki oleh kaum laki-laki.
Menurutnya pada tahun-tahun tersebut, masih amat jarang perempuan atau tokoh publik yang menyuarakan tentang kesetaraan akses pendidikan bagi kelompok perempuan. Kader-kader muda Aisyiyah telah menyuarakan itu sejak 1928, bahkan sebelum-sebelumnya.
“Kondisi ini jangan sampai take for granted, bagi Nasyiatul Aisyiyah. Bagi di belahan bumi sana masih banyak kelompok-kelompok maupun sekte-sekte Islam yang masih mengharamkan pendidikan bagi kelompok perempuan,” ucapnya.
Sosok yang pernah aktif sebagai Kader Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini mengungkapkan, bahwa apabila saat ini masih ada pemahaman yang menihilkan pendidikan bagi kelompok perempuan, maka pandangan tersebut merupakan anomali dan kemunduran bagi umat Islam.
Namun demikian, kesetaraan yang dibangun dan upayakan oleh Aisyiyah tidak secara gebyah uyah dan menganggap semua urusan laki-laki dengan perempuan itu sama. Pandangan atau mainstreaming gender di Nasyiatul Aisyiyah tidak langsung copy paste dengan yang dari luar, sebab penanaman itu telah dimiliki dan dimulai oleh Aisyiyah sejak yang lain masih diam.
“Bahwa secara historis justru kader Nasyiatul Aisyiyah yang pertama kali berbicara mengenai kesempurnaan baik itu oleh laki-laki, maupun perempuan.” Ungkapnya.
Pada Kongres Perempuan I tahun 1928, Siti Munjiyah juga mengajak kaum perempuan untuk maju. Demi mencapai kemajuan, maka perempuan Nasyiah harus gandrung dengan ilmu pengetahuan, dengan senantiasa dilandasi oleh keimanan yang kokoh, kemudian diamalkan dalam realitas kehidupan.