MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Alumni Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Aabidah Ummu Aaziizah berhasil keluar sebagai wisudan terbaik-tercepat di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Dalam wisuda yang digelar pada Selasa (01/10) tersebut, Aabidah yang menempuh Magister Pendidikan Agama Islam ini mendapatkan IPK 3,99 alias tertinggi di antara wisudawan yang lain.
Sebelumnya, Aabidah menempuh pendidikan selama tiga tahun di PUTM, kemudian meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI UMY) pada tahun 2017. Di kampus ini, ia juga mendapat nilai yang sempurna.
Menurutnya, raihan prestasinya ini berkat kombinasi antara doa dan ikhtiar. Doa memang menjadi senjata orang beriman. Namun, doa bukanlah kalimat magis bimsalabim dalam dongeng 1001 malam yang sekali ucap langsung dikabulkan. Dibutuhkan ikhtiar dan kerja keras agar impian dapat direngkuh secara maksimal.
“Senjata orang beriman itu adalah doa. Tapi gak cukup dengan doa, kita juga harus ikhtiar. Doa dan ikhtiar inilah yang mungkin menjadi modal kita untuk mencapai tujuan,” ucap Aabidah kepada tim redaksi Muhammadiyah.or.id beberapa saat setelah ia naik podium.
Ikhtiar yang Aabidah lakukan ialah bersungguh-sungguh mengerjakan tugas-tugas kuliah. Hasilnya, dalam tempo kurang dari dua tahun, ia berhasil menerbitkan banyak artikel ilmiah di berbagai jurnal. Bahkan mampu menulis tesis sebagai tugas akhir setebal 400 halaman dengan judul: “Implementasi Nilai-nilai Moderasi Beragama dalam Materi Ajar PAI di Mi Ma’had Islamy Yogyakarta (Paradigma Resiprokal dan Habituasi Ekologis)”.
Selain disibukkan dengan hal-ihwal penelitian akademis, Aabidah juga kerap menghabiskan waktunya sebagai anggota tim asistensi dalam forum-forum yang diselenggarakan Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Dari Musyawarah Tarjih Nasional ke-31 tahun 2021, hingga yang paling mutakhir ia terlibat dalam penyusunan Fikih Wakaf Kontemporer.
“Alhamdulilah, aku bersyukur karena semua waktuku aku sibukkan dengan hal-hal yang positif. Selain meneliti yang menjadi kegemaranku, aku juga beruntung sering diajak di acara-acara (Majelis) Tarjih, sehingga aku bisa lebih banyak belajar dari para ulama Muhammadiyah,” ucap Aabidah.