MUHAMMADIYAH.OR.ID, BANTUL—Di dunia kekinian, yang terjadi bukan hanya benturan peradaban, akan tetapi yang terjadi juga benturan kepercayaan atau keimanan. Maka sebagai muslim harus meletakkan dan meneguhkan azasnya kepada Allah SWT.
Demikian tegas disampaikan oleh Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Fathurrahman Kamal. Menurutnya di era post modern, manusia semakin banyak yang mengingkari eksistensi Tuhan dan mengabaikan kehidupan setelah kematian.
“Kita masih memiliki pikiran dan keyakinan, kita harus menghadapi suatu pengadilan akhirat yang ketika itu semua mulut kita yang pandai retorika ini dikunci oleh Allah,” ungkapnya pada (3/10) di acara Pengajian Malam Selasa secara virtual.
Benturan dua kutub keyakinan tersebut, imbuhnya, merupakan realitas yang dihadapi manusia sekarang. Fathur menerangkan, di tengah gelombang ideologi, pandangan hidup dan lain sebagainya, supaya umat tetap teguh pada nilai-nilai Islam.
Menurutnya, jika dirasa terlalu jauh untuk mengikuti nabi dan para sahabat, Warga Muhammadiyah bisa meneladani kehidupan yang dilakukan oleh KH. Ahmad Dahlan. Dari mereka itu, manusia sekarang harusnya belajar memaknai hidup. Nabi Muhammad dan para sahabat, termasuk para pendahulu seperti KH. Ahmad Dahlan bisa menjadi role model kader Muhammadiyah dalam menentukan pandangan hidup. Tidak boleh menentukan pandangan hidup secara gebyah uyah, mengikuti pandangan hidup populer yang lebih cenderung materialistik.
Menyinggung tentang model-model keberagamaan manusia kekinian, menurutnya jika ada yang mengatakan bahwa Football is My Second Religion atau yang mengasaskan berani mati demi klub sepak bola yang didukungnya, maka jika ada pandangan hidup demikian di kader-kader Muhammadiyah, harus diarahkan supaya tidak melenceng.
“Kalau anak KOKAM misalnya menjadi supporter satu kesebelasan sepak bola, KOKAM yang baik, tidak mungkin akan mengatakan aku rela mati untuk kesebelasan yang aku cintai. Tidak boleh itu,” ucapnya.
Dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menjelaskan bahwa, tidak boleh kader Muhammadiyah yang membangun fanatisme buta yang kemudian memunculkan histeria massa dan mempersulit keadaan.