MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Meski kemerdekaan Indonesia sudah berusia 77 tahun, masih banyak PR yang belum selesai terjawab seperti belum meratanya pembangunan, hukum dan keadilan, hingga akses pendidikan.
Di kawasan Asean, daya saing sumber daya manusia bangsa Indonesia juga tergolong rendah. Keadaan ini melahirkan ironi, apalagi jika melihat ketersediaan sumber daya alam yang begitu melimpah.
“Kalau berangkat dari filosofi bernegara yang ditanamkan pendiri bangsa kita dalam pembukaan UUD 1945, sila-sila Pancasila, maupun semangat di UUD 1945 sebelum diamandemen, saya kira ada ketaknyambungan antara nilai-nilai filosofis yang ditawarkan pendiri bangsa kita dengan realitas yang terjadi saat ini,” kritik Rektor UMJ, Ma’mun Murod dalam Dialektika Tvmu, Ahad (21/8).
Untuk menggambarkan keresahannya, Ma’mun lantas mengutip lirik lagu Merdeka Membangun karya grup musik Nasida Ria yang berbunyi, “Merdeka berarti harus membangun, Bukan untuk pribadi atau golongan. Makmur untuk semua adil untuk semua, Hukum pun berlaku untuk semua, Merdeka bukanlah bebas tanpa hukum. Merdeka bukanlah menang berkuasa, Merdeka berarti bersatu membangun.”
Berbagai persoalan yang disebut dalam lirik lagu Nasida Ria itu kata Ma’mun belum sepenuhnya terwujud. Kemakmuran dan pembangunan dinikmati sekolompok orang, banyak persoalan kasuistis dan struktural seperti perampasan tanah ulayat hingga praktek hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah.
“Keadilan menjadi tolak ukur. Jadi banyak hukum yang tumpul ke atas tapi luar biasa tajam ke bawah. Kita masih melihat ini,” sebut Ma’mun. Hal-hal mendasar seperti inilah yang menurutnya perlu dibenahi agar makna kemerdekaan tidak kabur.
“Secara hukum kita memang sudah merdeka. Tapi apakah sekarang kita sudah merdeka, ini persoalan yang cukup serius, harus jadi perhatian kita semua terutama untuk elit politik yang mereka harus bertanggung jawab menjawab pertanyaan ini,” pungkasnya. (afn)