MUHAMMADIYAH.OR.ID, PURWOKERTO – Dalam forum Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Jumat (1/7), Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Tafsir menyebut ada tiga karakter dakwah Muhammadiyah.
Tiga karakter tersebut dia ambil dari penjelasan Dr. Alfian mengenai karakter Kiai Ahmad Dahlan di dalam disertasi doktoralnya yang berjudul Islamic Modernism in Indonesian Politics: The Muhammadiyah Movement During the Dutch Colonial Period 1912-1942 (1969).
“Pertama, pragmatis, orang yang tidak suka berwacana. Bisa jadi semangat beliau sama dengan Muhammad Abduh, Islam Berkemajuan. Hanya saja Abduh berakhir pada pemikiran atau buku, sedangkan Kiai Ahmad Dahlan berakhir pada gerakan berupa organisasi dan amal usaha walaupun minus buku atau tulisan sehingga kita kesulitan melihat pemikiran keagamaan Kiai Ahmad Dahlan. Tetapi itulah, dari tulisan jadi gerakan amal,” jelas Tafsir.
“Kedua, gaya Muhammadiyah adalah slowly but surely, lambat tapi pasti. Tidak mau grusa-grusu, tidak mau tergesa-gesa, tapi penuh dengan kecermatan, kesabaran, ketekunan. Sehingga biarpun lambat tetapi pasti dan itulah Muhammadiyah. Amal Usaha di Muhammadiyah tidak ada yang instan dan langsung jadi. Semua dibangun dari bawah hingga jadi besar,” imbuhnya.
“Ketiga, tidak suka konfrontasi. Karena ini adalah bagian dari al-ma’ruf. Muhammadiyah style-nya memang arif, tidak bisa frontal. Orang bisa dengan gayanya, tapi kita dengan gaya kita sendiri dan bisa jadi orang lain tidak bisa meniru gaya Muhammadiyah dan itulah jati diri Muhammadiyah, dakwah dengan cara yang makruf dan tidak mengabaikan al-khair sesuai syariah,” pungkas Tafsir. (afn)