MUHAMMADIYAH.OR.ID, JAKARTA – Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah selenggarakan Diskusi Publik May Day pada Rabu (1/ 5) di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta.
Hadir dalam acara tersebut Ketua PP Muhammadiyah Anwar Abbas, Ketua MPM PP Muhammadiyah M. Nurul Yamin, serta para pemateri yang berasal dari Kemenlu, Komnas HAM, Badan Perlindungan Pekerja MIgran Indonesia (BP2MI).
Diskusi ini digelar secara khusus untuk menyingkap masalah yang dialami khususnya oleh Buruh Migran Indonesia. Anwar melihat masalah ini begitu kompleks, tidak sekadar masalah internal buruh saja.
Menurutnya, buruh Indonesia ke luar negeri salah satu faktornya adalah ketidakberdayaan pemerintah menyediakan lapangan kerja bagi rakyatnya di dalam negeri dengan gaji yang sesuai.
Namun di sisi lain, kesempatan bekerja di luar negeri juga harus disyukuri sebab itu adalah kesempatan untuk berhasil, tapi tentu harus dengan skill yang mumpuni sehingga di luar negeri tidak berposisi sebagai buruh bawah.
Kesempatan bisa bekerja di luar negeri juga dibersamai dengan misi yang lebih besar, tidak hanya sebatas mencukupi ekonomi pribadi dan keluarga. Karena dapat bertebaran di penjuru bumi juga diperintahkan dalam Surat Al Jumuah ayat 10.
“Supaya mereka itu bisa mendapatkan rizki, juga mereka dapat menolong saudara-saudaranya di kampung itu,” kata Anwar Abbas.
Anwar Abbas berharap buruh migran ini dapat bergerak ekspansif ke luar negeri, dan membangun komunitas-komunitas unggul yang terkoneksi dengan Indonesia sehingga dapat saling berkomunikasi tentang potensi-potensi yang bisa dikembangkan.
Sementara itu, Ketua MPM PP Muhammadiyah, M. Nurul Yamin menyampaikan, fokus MPM ke buruh migran dikarenakan mereka masih menjadi kelompok lemah sebab masih belum banyak pengorganisasian untuk mereka ikuti.
“Buruh dalam negeri relatif kuat dalam memperjuangkan hak-haknya, tapi pekerja migran Indonesia di luar negeri masih butuh dan perlu dukungan dari banyak pihak,” katanya.
Menanggapi isu itu, MPM PP Muhammadiyah bekerja sama dengan beberapa stakeholder termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah mendirikan SARANMU (Sahabat Migran Muhammadiyah).
Yamin menegaskan, buruh migran ini jangan habis manis sepah dibuang oleh pemerintah. Sebab kontribusi devisa mereka terhadap negara begitu besar, bahkan berada di peringkat dua setelah ekspor minyak dan gas.
Salah satu ancaman serius yang mengintai pekerja migran menurut Yamin adalah perdagangan orang, saat ini tidak hanya mengintai kelompok masyarakat dari kampung-kampung, tapi sudah pada kelompok masyarakat intelektual di kampus.
“Persoalan di pekerja migran ini sangat kompleks, dan kita perlu mencermati dari tindak pidana perdagangan orang,…. Ini menunjukkan bahwa indikasi dari persoalan pekerja migran bukan persoalan yang sederhana,” ungkap Yamin.