MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Menghadapi subjek dakwah atau mad’u milenial dan gen Z menurut Habib Husein Ja’far Al Hadar, Muhammadiyah memiliki dua gerakan utama yang inline dengan dunia anak muda dan seharusnya menarik bagi generasi milenial dan gen Z.
Influencer muda Indonesia ini mengutarakan bahwa, gerakan pendidikan dan kesehatan Muhammadiyah merupakan gerakan yang menarik bagi milenial dan gen Z. Menurutnya, semangat volunteer adalah kata kunci untuk melibatkan milenial dan gen Z.
Melimpahnya jumlah sekolah dan rumah sakit milik Muhammadiyah menjadi gerakan pertama Muhammadiyah yang potensial menarik milenial dan gen Z untuk bergabung dalam gerakan dakwah Muhammadiyah. Gerakan penanggulangan bencana dan kesehatan juga menjadi isu yang inline dengan anak muda.
“Termasuk membangun pendidikan berbasis digital, menghadirkan konten, mengakselerasikan pendidikan,” ungkap Habib Ja’far saat berkunjung ke Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta pada (29/6).
Gerakan kedua adalah filantropi yang diperankan Muhammadiyah melalui LazisMu merupakan daya tarik bagi milenial dan gen Z. Saat ini, kata Habib Ja’far, anak muda sedang tinggi-tingginya dalam berfilantropi. Bahkan menurutnya anak muda bisa menjadi mesin utama penggerak filantropi di Muhammadiyah.
“Ini bisa menjadi modal utama. Itu kan dua hal yang kemuhammadiyahan dan sangat kemudaan, kemudian bagaimana mengawinkan itu menjadi kekuatan yang besar”. Ucapnya.
Menyoroti anak muda kekinian di tengah terpaan ideologi-ideologi, menurutnya anak muda muslim terlebih milenial dan gen Z agar tidak menjadi generasi yang ‘kaku’ harus mengembangkan pengetahuan Islam dan umum. Dua wawasan ini tidak boleh dipisahkan, keduanya harus diseimbangkan dalam diri anak muda muslim.
“Anak muda muslim harus dibekali pemahaman keislaman yang utuh agar tidak mudah menyalahkan orang lain dan tidak fanatik terhadap pemahaman keislamannya, dan yang juga harus dikembangkan adalah wawasan umum”. Ucapnya.
Menurutnya, wawasan umum global yang dimiliki anak-anak muda Muhammadiyah diharapkan bisa mengikis batas dengan kelompok lain, baik yang berbeda pandangan, sampai yang berbeda agama. Melalui penguasaan wawasan umum, anak-anak muda Muhammadiyah bisa mengembangkan dakwahnya, bukan hanya di kalangan internal tapi juga eksternal.