MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA— Peserta didik merupakan aset masa depan bagi peradaban suatu komunitas atau bangsa, maka sudah selayaknya peserta didik itu harus dilindungi dengan serius, lebih-lebih ketika sedang melakukan aktivitas belajar di sekolah.
Berkaca dari negara-negara maju, termasuk Jepang, Wakil Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Arif Jamali Muis pada (29/6) menyebut peserta didik tidak hanya diukur aspek kognitifnya, tapi juga perilaku.
“Anak-anak adalah aset bangsa, maka diajarkan untuk menghadapi berbagai macam kemungkinan kebencanaan ketika terjadi di dalam sekolah. Apa yang diukur ? bukan hanya aspek kognitif, tapi juga ada aspek perilaku”. Ungkapnya.
Menurutnya, aspek perilaku inline konsep pendidikan karakter yang digagas oleh Bangsa Indonesia. Guru Matematik ini berharap melalui perubahan perilaku untuk kesiapsiagaan bencana dan pemulihan pendidikan akan menjadikan sekolah-sekolah Muhammadiyah aman bagi anak-anak dari bencana.
Melanjutkan yang disampaikan Arif Jamali Muis, Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP Muhammadiyah, Sungkowo berterima kasih kepada MDMC yang telah mengambil bagian dan peduli terhadap keselamatan peserta didik ketika terjadi bencana. Peserta didik harus memiliki kepedulian terhadap tindakan kedaruratan di situasi bencana.
“Saya berterima kasih kepada MDMC karena sudah mengambil bagian yang sangat penting yaitu mengubah perilaku terhadap kebencanaan atau samapta kebencanaan”. Ucapnya.
Dirinya percaya akan usaha MDMC dalam menciptakan perubahan perilaku untuk kesiapsiagaan bencana dan pemulihan pendidikan. Hal itu berdasar pada aksi-aksi tanggap darurat yang dilakukan MDMC yang sigap dan cepat.
Selain itu, Dikdasmen selama masa pandemi covid-19 telah bekerjasama dengan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) untuk peduli dan mengubah perilaku hidup agar selamat di masa pandemi.
“Kita sudah bekerjasama dengan MCCC, kami sudah membuat edaran, kita membuatkan SOP sampai detail bagaimana proses pembelajar dalam pandemi,” ucapnya.
Menurutnya, meski bencana adalah sunnatullah, tapi pencegahan merupakan bentuk ikhtiar – usaha logis yang juga memiliki landasan teologis. Maka tidak boleh pasrah terhadap nasib, sebelum ada ikhtiar untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.