MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengucapkan selamat atas milad Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) yang ke-61. Ia turut bangga dengan pencapaian dan perkembangan IPM selama ini.
Menurutnya, dengan angka 61 ini, IPM merupakan organisasi pelajar yang usianya telah matang dengan segudang prestasi yang memukau. “Selamat atas milad ke 61 organisasi pelajar yang cukup tua. Namun mampu berprestasi pada setiap tahun sebagai organisasi Islam terbaik,” ujar Haedar dalam acara Milad IPM di Gedung Societet Militair Taman Budaya Yogyakarta pada Sabtu (23/7).
Haedar menceritakan dirinya pernah terlibat dalam kepengurusan hingga diamanahi menjadi Ketua Umum PP IPM pada 41 tahun silam. Selama berkiprah di IPM, Haedar banyak belajar semua aspek sendi kehidupan, terutama pengalaman bagaimana mengelola sebuah pergerakan yang memiliki cita-cita mewujudkan kemaslahatan sosial. Tidak heran bila ia menyebut dengan tegas bahwa IPM adalah sekolah kehidupan dan perjuangan. Bekal pengalaman dari IPM sangat berguna bagi Haedar.
Ketika di Muhammadiyah, ia selalu ditugasi sebagai penyusun draft keputusan-keputusan penting Persyarikatan. Pada tahun 2000, ia menyusun naskah Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Dua tahun setelahnya menyusun draft Dakwah Kultural dan Khittah Berbangsa dan Bernegara. Pada 2010 ditugasi merumuskan Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Lima tahun setelahnya membuat draft Pancasila sebagai Dar al-Ahdi wa al-Syahadah.
“Ketika saya ditugasi merumuskan berbagai pikiran besar Muhammadiyah itu, jujur saya menghabiskan waktu di perpustakaan PP Muhammadiyah dan di perpustakaan Suara Muhammadiyah yang lama,” kata Haedar.
Pada kesempatan tersebut, Haedar juga turut mendorong agar anak-anak muda IPM hadir memberikan edukasi nyata kepada para remaja dengan jihad algoritma. Menurutnya, IPM harus membangun kultur di kalangan remaja menjadi seorang pelajar yang lekat dengan keislamannya sekaligus punya komitmen akhlak dan alam pikiran yang melampaui-melintasi.
Jika tidak, maka para remaja akan kehilangan orientasi keagamaan: bisa jadi orang yang kuat keislamannya namun anti terhadap perbedaan atau bahkan menjadi pribadi yang memusuhi agama.
“Generasi IPM sekarang akan menjadi penyambung bagi mereka (para remaja). Kalau tidak, mereka akan menjadi dunia yang mungkin mengalami “salah asuhan”. Ini penting sekali diperhatikan. Bagaimana IPM membangun alam pikiran yang tersampaikan pada remaja,” ucap Haedar.