MUHAMMADIYAH.ID, SURAKARTA – Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang inklusif. Karena itu Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak warga Persyarikatan mengembangkan nilai persaudaraan dan kebersamaan dalam semangat ‘li-ta’arafu’ seperti dalam Surat Al-Hujurat ayat ke-13.
“Maka kita harus punya nilai inklusif Muhammadiyah itu. Berbeda agama, suku, ras, golongan, pilihan politik, bangsa, jangan sampai membuat kita menjadi orang-orang yang kerdil dalam berinteraksi, dalam berelasi dan berpandangan,” pesan Haedar.
Dalam forum Pengajian Civitas RS PKU Muhammadiyah Surakarta Milad ke-94, Sabtu (4/12) Haedar menegaskan bahwa sejak Muhammadiyah berdiri hingga sekarang, etos inklusif dan pluralitas sejatinya telah menjadi nilai gerakan dari masa ke masa.
“Jadi kita itu juga jangan anti terhadap istilah-istilah itu (pluralisme) tapi juga yang menggunakan istilah-istilah itu jangan menyalahgunakannya. Bahwa kita berbeda agama, prinsip agama itu harus kita yakini, tapi kita juga harus tasamuh dalam hal muamalah dan praktek beragama. Jadi, hal seperti itu yang harus kita kembangkan,” kata Haedar.
“Dan biarpun kita berbeda, kita tetap mengikat persaudaraan. Jangan sampai ada yang merasa paling hebat, paling berkuasa, merasa yang paling menentukan kebaikan baik di dunia global, maupun di tingkat lokal. Maka ikat kebersamaan,” tambahnya.
Termasuk dalam istilah NKRI, Haedar mengajak warga Persyarikatan melakukan amal bakti yang sebanyak-banyaknya sebagai wujud dari komitmen pandangan kebangsaan Darul Ahdi Wa Syahadah.
“Orang Muhammadiyah jangan alergi dengan istilah ini. Ini sudah komitmen kebangsaan kita Darul Ahdi Wa Syahadah. Kita tinggal mengisinya. Kalau ada orang menyalahgunakan secara konsep, secara ideologi, ya kita luruskan,” kata Haedar.
“Tapi kita juga jangan sebaliknya. Karena ada orang yang menyalahgunakan konsep Bhineka Tunggal Ika, NKRI, lalu kita menjadi alergi dengan istilah-istilah itu lalu kesan orang, lho orang Muhammadiyah kok kaya anti kekusaasan, anti NKRI dan lain sebagainya. Kita harus tetap bijak, berwawasan luas dan itu mengikat persaudaraan. Jangan sampai kebencian membuat tidak adil,” pungkas Haedar.